Mohon tunggu...
handrini
handrini Mohon Tunggu... Lainnya - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional

world are wide, but there's only small spot to make a mistake, Be wise, get grow, so can mature at the same time. be wise it's not easy eithout make wisely as a habit

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Awas Gunung Galak....

10 Mei 2012   10:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:28 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Lagi....kecelakaan penerbangan terjadi di Gunung Salak. Pesawat anyar Sukhoi Superjet 100 dengan nomor penerbangan RA 36801 hancur berkeping-keping lantaran menabrak tebing Gunung Salak di ketinggian 5800 kaki pada koordinat 0642612 dan 10644412 di ketinggian 2.500 kaki, 3,5 kilometer dari Cijeruk, Bogor. Entah berapa kali terjadi kecelakaan di seputaran lokasi Gunung Salak, Gunung Gedhe dan Gunung Halimun. Tak hanya pesawat sipil, pesawat latih namun juga pesawat militer seperti yang terjadi pada casa 212 dengan nomor penerbangan A2106 milik TNI AU yang jatuh di curug Nangka atau curug 12 yang terkenal karena memiliki tebing dengan kemiringan 70 sampai 80 derajat.

Kecelakaan penerbangan karena menabrak gunung tak hanya terjadi di Indonesia melainkan di seluruh belahan dunia. Di Indonesia, selain kawasan segitiga Gunung Salak, tercatat Pegunungan Bintang Papua juga merupakan daerah yang memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi.Susi Air VVG jenis Caravan yang terbang dari Nabire menuju Sugapa jatuh setelah menabrak gunung Wabu, Papua. Di belahan dunia lainnya pesawat milik Japan Airlines dengan nomor penerbangan JA 8119 mengalami gagal mekanik selama 12 menit sehingga 32 menit kemudian menabrak dua punggung Gunung Takamagahara di Ueno, 100 km dari Tokyo pada Senin, 12 Agustus 1985. Kecelakaan lainnya mengerikan dialami maskapai Buddha Air dengan nomor penerbangan A 103 di Nepal yang menabrak lereng gunung Everest sehingga pesawat jenis Beechcraft 1990 D itu hancur berkeping-keping dan bahkan hangus. 18 orang termasuk didalamnya 3 crew tewas seketika, sedang satu orang lagi sebenarnya masih dalam kondisi hidup saat kecelakaan terjadi namun karena hilikopter penyelamat tidak bisa tiba dengan segera di lokasi karena buruknya cuaca, saat dibawa ke rumah sakit korban tersebut meninggal dunia.


Mengapa Gunung Galak bagi penerbangan ? karena di sekitar gunung, faktor-fraktor yang menentukan keselamatan penerbangan seperti angin, jarak pandang. tekanan, jenis awan, dan suhu kerap kali tidak menentu. Di gunung juga kerap kali membuat penerbang harus berjibaku dengan halimun/mist   yang terdiri dari tetes-tetes air mikroskopis yang melayang di udara, kejadian ini dapat mengurangi jarak pandang tidak kurang dari 1 km. tetes-tetes air mikroskopis ini tidak dapat dilihat dengan mata telanjang karena ukurannya yang sangat kecil. Tak hanya itu di gunung juga kerap memasang perangkap awan cumulusnimbus yang sangat ditakuti dalam penerbangan karena  dapat mengakibatkan updraft (arus naik), downdraft (arus turun), dan windshear (perubahan kecepatan secara tiba-tiba), yang apabila pesawat berada di dalam/bawah  awan ini pada saat setelah lepas landas, sebelum mendarat, maupun pada saat terbang akan mengakibatkan ketidak stabilan posisi pesawat yang dapat berakibat fatal.

Pastinya, terbang diatas gunung akan menyebabkan turbulensi akan kerap terjadi. Mengapa? Ingat teori tentang angin yang kita dapatkan di bangku SMA kan ? Tapi ups..mungkin saat ini telah diberikan di bangku SD hehe..Bahwa udara akan bergerak bergerak dari dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah. Namun bila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga naik..misalnya di siang hari di atas gunung akan terjadi angin lembah adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke arah puncak gunung. Di siang hari angin bergerak lebih cepat daripada di malam hari. Semakin tinggi tempat, semakin kencang pula angin yang bertiup, hal ini disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang menghambat laju udara.

Di pesawat, instrumen untuk mengetahui kecepatan angin tentunya adalah barometerpressure altimeter atau barometric altimeter. Makin besar gradien barometrisnya, makin cepat tiupan angin.

Ada berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan penerbangan yang berkaitan dengan gunung. Tak hanya karena faktor menabrak gunung meski sebagai orang awam saya tiada hentinya bertanya bagaimana mungkin itu dapat terjadi pada pesawat yang bertehnologi tinggi seperti Sukhoi Superjet 100 ? sedang konon pesawat tersebut dilengkapi alat pendeteksi kegagalan sistem dan memiliki alat peringatan dini yang bernama Ground Proximity Warning System (GPWS) yang berfungsi sebagai pemberi peringatan jika posisi pesawat dekat dengan benda lain ?

Kecelakaan penerbangan tunggal terburuk 1985 dimana sebanyak 520 orang tewas saat pesawat Boeing 747 milik Japan Airlines mengalami gagal mesin dan jatuh di Gunung Osutaka, selain itu di tahun 1979 sebanyak 257 orang tewas ketika pesawat McDonnell-Douglas DC-10 yang dioperasikan Air New Zealand menabrak Gunung Erebus in Antartika, dalam penerbangan wisata. Itu berarti tak peduli pesawat itu baru atau lama kejadian menabrak gunung bisa saja terjadi, sebab dalam kasus SSJ 100 terjadi spekulasi kecelakaan itu bisa jadi di sebabkan karena baby sickness atau cacat bawaan yang terjadi pada pesawat yang fresh from manufacture.

Sebagai orang awan di bidang mesin pesawat terbang, saya berusaha mencari tahu kelemahan dari mesin SSJ 100, namun karena baru belum ada ulasan tentangnya. Air bus A 340 misalnya saat terbang perdana, sayap tidak kuat membawa mesin dalam kecepatan jelajah sehingga membengkok dan bergetar karena adanya permasalahan aliran udara disekitar penyangga mesin dan kurang lentur, sehingga akhirnya penyangga di bawah sayap yang disebut plastron diperbaiki.

Namun tak hanya karena engine failure atau karena permasalahan mesin sebuah penerbangan mengalami nahas dalam penerbangannya di atas gunung. American Airlines Penerbangan 965 adalah sebuah pesawat Boeing 757 yang terbang dengan rute Bandara Internasional Miami, menuju ke Bandara Internasional Alfonso Bonilla Aragon, Kolombia . Pesawat menabrak gunung di Buga, Kolombia, disebabkan kesalahan pilot. Pesawat dengan 155 penumpang dan 8 orang kru ini mengalami kecelakaan menjelang pesawat akan mendarat di Cali, Kolombia, Air Traffic Controller (ATC) Cali meminta pada pilot jika mereka ingin terbang langsung di pendekatan ke landasan pacu 19 daripada menuju landasan pacu 01. Namun lantaran tidak sengaja data navigasi terhapus sehingga pesawat terbang langsung mengarah ke gunung. Dua belas detik sebelum kejadian, TCAS memberi peringatan bahwa pesawat mendekati wilayah berbahaya. Kapten dan First Officer pesawat berusaha menanjak sebelum menabrak gunung. Namun terlambat.. rem pesawat yang terlanjur bekerja karena pesawat akan mendarat mengurangi kecepatan tanjak pesawat sehingga pesawat menabrak puncak gunung dan hancur....4 orang luka-luka dalam insiden tersebut, sisanya meninggal dunia pada saat kejadian.

Mencegah terulangnya tragedi

Bagaimana mencegah terjadinya kecelakaan penerbangan khususnya kejadian pesawat menabrak gunung ? Setidaknya ada serangkaian jalan panjang yang harus terus menerus diupayakan perbaikannya, mulai dari memperbaiki peralatan ATC, di Indonesia dikalangan penerbang bukan rahasia lagi kalau ATC kurang memadai, jangankan ATC Halim Perdanakusumah, ATC Soekarno Hatta kerap mengalami gangguan sehingga menghambat kelancaran komunikasi antara ATC dengan cockpit. Namun perbaikan sarana dan SDM ATC perlu segera terus menerus ditingkatkan sehingga ATC dapat segera langsung memberikan peringatan ke cockpit setiap adanya kemungkinan terjadinya tabrakan, menaati/dispilin terkait dengan ATC, termasuk dalam hal ijin dari ATC terkait dengan setiap tindakan dalam penerbangan dan arahan terkait dengan jarak dan margin yang sesuai dengan keselamatan penerbangan. Namun setiap insiden dalam penerbangan merupakan pengalaman yang berharga guna mendorong perbaikan tehnologi penerbangan guna mencegah terjadinya tragedi serupa misalnya bagaimana memperbaiki tehnologi pesawat agar dapat mendeteksi adanya awan, badai ataupun gunung termasuk didalamnya meningkatkan sistem kerja black box pesawat yang merekam data-data selama penerbangan sehingga dapat menarik pelajaran penting dari setiap kejadian.

Meningkatkan materi pengajaran bagaimana terbang di atas gunung. Informasi minimum apa saja yang harus diperhatikan terkait dengan cuaca, jarak pandang, kecepatan angin, bagaimana turun perlahan sebab cuaca termasuk didalamnya angin di gunung sangat berbeda dan cepat berubah sehingga akan mempengaruhi kinerja mesin serta berbagai informasi penting lainnya termasuk studi kasus denagn mempelajari berbagai kejadian kecelakaan penerbangan. Namun satu hal yang pasti catatan buat para penerbang kita “Never fly in a canyon where there is not room to turn around!! Never fly beyond the point of no return!!

Catatan : artikel ini hanyalah merupakan catatan seorang awam yang berusaha memahami berbagai kecelakaan penerbangan akibat menabrak gunung..semoga bermanfaat

National Transportation Safety Board Annual Report to Congress, 2007

Dmitri Victorovitch Zotov, “Grappling with Complexity: Finding the Core Problems Behind Aircraft Accident, Dissertation, Massey University, Palmerston North, New Zealand, 2006

http://wahw33d.blogspot.com/2011/09/10-kecelakaan-terburuk-dalam-sejarah.html#ixzz1uSHk4vMB

http://wahw33d.blogspot.com/2011/09/10-kecelakaan-terburuk-dalam-sejarah.html#ixzz1uSIWsbqa


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun