Mohon tunggu...
Handra Deddy Hasan
Handra Deddy Hasan Mohon Tunggu... Pengacara - Fiat justitia ruat caelum

Advokat dan Dosen Universitas Trisakti

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Kelakuan Keji Mengeksploitasi Anak dalam Berpolitik

19 September 2020   09:11 Diperbarui: 19 September 2020   09:50 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Praktik Mengeksploitasi Anak dalam Politik.

Selain menggunakan anak sebagai juru kampanye dan bintang utama dalam iklan kampanye ada beberapa modus lain pemanfaatan anak secara menyimpang dalam proses Pilkada.

Mengerahkan massa anak2 yang berbayar merupakan hal yang lumrah dalam pengerahan massa pendukung bakal calon (balon) peserta pilkada. Alasannya sederhana, keluguan anak sangat gampang dieksploitasi. Hanya dengan sedikit indoktrinasi sederhana, anak dengan gampang diajak berkampanye mendukung salah satu pasangan kandidat. 

Cara jitu lain kalau ingin merengkuh anak2 adalah dengan cara melakukan pendekatan kepada "leader" gang anak muda. Anak2 akan sangat suka melakukan kegiatan rame2 secara berkelompok tanpa banyak bertanya tentang tujuan kegiatan. Kegiatan hora hore kampanye pilkada bisa dijadikan arena "bermain" anak. 

Selain itu, harga mengerahkan anak2 dalam berkampanye berbiaya rendah. "Uang saku" yang diperlukan relatif murah bila dibandingkan kalau mengerahkan orang dewasa. Itulah sebabnya tim sukses balon lebih suka menyasar kelompok anak2 dalam memenuhi beban target populasi massa yang dibeban kepadanya. 

Bagi pasangan balon pilkada yang abai dan tidak "correct" bisa terpedaya dengan hasil pekerjaan tim suksesnya. Cepat puasnya balon pilkada melihat kerumunan massa menyemut jauh dari atas panggung tanpa mengecek secara dekat, bisa dianggap telah turut serta untuk melanggar ketentuan. 

Atau justru jangan2 balon menginstruksikan tim sukses mencari pengikut kampanye dari kelompok anak2 karena gampang dipengaruhi dan murah biayanya.

Modus lain yang lebih parah adalah memanipulasi data kependudukan dengan menaikkan umur anak agar bisa memenuhi syarat kedewasaan. Selanjutnya memanfaatkan dan memperlakukan anak tersebut sebagai orang dewasa dalam kegiatan pencoblosan untuk keuntungannya dalam pilkada. Perbuatan seperti ini double jahat.

Telah melakukan kejahatan berganda. Pertama memalsukan umur anak, kemudian menggunakan anak secara illegal dalam kegiatan pemilihan untuk keuntungannya.

Dari modusnya terlihat niat yang sungguh2 bermaksud untuk mengeksploitasi anak untuk kegiatan pilkada. Tega banget memperlakukan anak dalam posisi lemah untuk kepentingan orang dewasa yang haus kekuasaan. 

Sekaligus mengajari praktek "culas" dalam memperoleh suara dalam pulkada.  Modus ini bisa membuktikan bahwa apabila pemimpin seperti ini sempat berkuasa akan menggunakan segala cara untuk memenuhi keinginannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun