Mohon tunggu...
Handoyoputro
Handoyoputro Mohon Tunggu... Freelancer - Personal Life Coach

Personal Life Coach, Licensed Practitioner of Neuro Linguistic Programming, Certified Hypnotherapist, Certified Instructor

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Belajar Manajemen dari Pilot Pesawat Pengebom B 17

15 September 2017   11:00 Diperbarui: 15 September 2017   11:26 1249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: olshops.org

Tanggal 30 oktober 1935, di Wright Air Field, Kota Daytona, Negara bagian Ohio USA, Korps Udara Angkatan Darat Amerika Serikat sedang mengadakan kompetisi dalam pembuatan pesawat pembom jarak jauh. Dalam kompetisi ini, pesawat yang diperkirakan akan memenangkan kompetisi adalah pesawat tempur Boing 299.

Pesawat ini dianggap hebat dan luar biasa, sehingga dijuluki sebagai The Flying Fortress alias Benteng Terbang. Itulah sebabnya, angkatan darat Amerika Serikat terkesan dan bermaksud memesan pesawat tersebut paling tidak 65 unit.

Seperti biasa, sebelum keputusan ditentukan, diadakanlah pengujian untuk mengenali lebih jauh kekuatan dan kehebatan pesawat ini. Tapi sayangnya, ketika pengujian dilakukan, pesawat model 299 ini justru mengalami gagal terbang karena kehilangan daya angkatnya. Akibatnya pesawat jatuh membentur permukaan tanah dengan keras dan meninggalkan ledakan yang luar biasa dahsyat.

Segera team investigasi diturunkan, untuk meneliti sebab sebab terjadinya kecelakaan. Ternyata secara teknis pesawat ini baik baik saja dan tidak ada masalah sama sekali. Kesalahan ada di tangan pilot, karena lupa melepaskan sebuah pengunci pada alat kontrol elevasi dan sirip kemudi vertikal yang ada pada ekor pesawat.

Akibat kejadian itu, pesawat Boing 299 dianggap sebagai pesawat yang terlalu sulit untuk dikendalikan. Tetapi,  apakah proyek pesawat ini dianggap gagal? Tentu saja tidak.

Karena, walaupun mengalami kegagalan dalam uji coba, pesawat pembomb ini, oleh para perwira masih dianggap layak terbang. Akhirnya, angkatan darat Amerika Serikat tetap membelinya sebagai pesawat uji.

Mereka kemudian berusaha melatih beberapa pilot untuk menerbangkan pesawat yang dianggap susah dikendalikan ini. Mereka berharap, teknologi dari pesawat ini akan membuat mereka memenangkan banyak pertempuran.

Bagaimana cara meraka melatih pilot pilot andalannya? Apakah dengan latihan yang ketat dan lama?

Sama sekali tidak. Mereka justru menggunakan teknik yang sangat sederhana agar para pilot bisa menerbangkan pesawat dengan sempurna. Mereka hanya dibekali kemampuan untuk menggunakan "check list".

Para pilot uji tersebut dibekali teknik untuk membuat daftar sederhana tentang apa yang harus mereka lakukan untuk menerbangkan pesawat tersebut. Daftarnya hanya berisi hal hal yang sudah rutin mereka lakukan. Contohnya adalah memeriksa apakah rem sudah dilepaskan, apakah instrumen instrumen sudah dihidupkan, apakah pintu jendela sudah ditutup dan lain lain yang sepintas terlihat sangat remeh. Tetapi walaupun kelihatan remeh, melewati satu tahap saja dari daftar check list tersebut, bisa menimbulkan kecelakaan seperti pada waktu pesawat ini diuji. Itulah mengapa mereka harus menggunakan check list ini, ketika menerbangkan pesawatnya.

Akhirnya dengan menggunakan check list yang sangat sederhana ini, para pilot uji berhasil menerbangkan pesawat dahsyat itu sejauh 3 juta kilometer tanpa kecelakaan sedikit pun. Pesawat Boeing 299 itu kemudian dikenal sebagai pesawat pembom B17 .  Pesawat pembomb B17 adalah legenda yang sangat terkenal dalam kampanye pemboman di wilayah Nazi Jerman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun