Negeri ini sering dibuat gaduh oleh persoalan-persoalan receh, apapun bisa menjadi polemik. Persoalan makan bubur saja, masyarakat dipeta-petakan. Lucu, walau lebih cocoknya sih disebut dungu.Â
Tapi saya tidak sepintar Rocky Gerung untuk mendungu-dungui orang. Namun saya tidak perlu lebih dulu pintar untuk bisa merasa risih, menyaksikan Pemerintah yang ikut-ikutan mengais hal-hal receh. Ngurusin eks WNI, misalnya.
Jadi ada orang, atau tepatnya sekumpulan orang, yang secara sadar dan tidak dalam tekanan, menyatakan diri untuk berseberangan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, lalu memilih jalan perjuangannya sendiri melalui organisasi teroris internasional, ISIS.
Mereka dengan percaya diri menyatakan negeri ini dzalim, kafir & thogut, kemudian membakar paspornya sebagai penanda, bahwa mereka sudah bukan lagi anak kandung Ibu Pertiwi.Â
Sudah bukan lagi Indonesia. Lalu entah bagaimana kelanjutan ceritanya, mereka menyesal di kemudian hari. Mereka sadar, ternyata jalan perjuangan yang mereka ambil keliru. Hingga pada akhirnya mereka bersuara, memohon belas kasih untuk bisa dipulangkan, diselamatkan. Hey, tidak semudah itu, Baswedan!
Sudah bakar paspor, menginjak-injak garuda, sekarang minta dipulangkan? Helooo... Hidup ga selucu itu, ya Aqhi, ya Ukhti. Eh, tapi lucunya, atau bolehlah kali ini saya sebut, dungunya, pemerintah justru sampai merasa perlu membawa persoalan ini untuk dicarikan solusinya. Aduh, mau ketawa, tapi takut diserang buzzer.
Begini ya, Pak Presiden, Pak Menteri Agama. Pertama, mereka sudah tidak mengakui Indonesia sebagai sebuah negara. Jadi, Indonesia ini sudah ga ada menurut mereka. Kita ini cuma bubuk rengginang.
Kedua, mereka bukan eks-ISIS! Mereka adalah eks-WNI! Mereka masih warga negara ISIS sesuai ikrar mereka dulu, dan selagi Indonesia tidak mengakui kedaulatan negara ISIS, kita ga punya kepentingan apapun untuk berhubungan dengan mereka, apalagi warganya.Â
Jadi, Pak Presiden dan Pak Menteri Agama ga perlu repot ngurusin urusan orang lain yang bukan warga negara kita. Emangnya Bapak, Wariman? (FYI, Wariman adalah sosok lelaki berakhlak mulia di dunia Twitter)
Negeri ini sedang darurat toleransi, Pak! Intoleransi terjadi di mana-mana. Kaum minoritas sampai hari ini masih sulit beribadah. Mereka punya IMB, tapi tetap ga bisa membangun rumah ibadah. Ada saja oknum-oknum yang datang menyerukan penolakan.