Di kepala saya, mendadak muncul kembali kenangan-kenangan masa kecil, seperti keseruan menonton bola dengan Ayah, bermain sepakbola gawang sendal bareng teman, bahkan yang paling sulit saya percayai, ada beberapa teman yang sudah lama sekali saya lupakan, hari ini mulai saya ingat kembali satu per satu nama dan kejahilannya. Saya pun tak mengerti, berita ini bisa se-ajaib itu membawa banyak kenangan lama.
Liga Italia memang pernah sangat digemari, dulu, ketika RCTI menyuguhkan pertandingan-pertandingannya dengan tidak asal-asalan. Tak hanya live match, highlight pun mereka sajikan. Kualitas pengemasan acaranya pun luar biasa jempolan. Analisa sebelum dan sesudah pertandingan, selalu menjadi sajian yang menarik ditunggu. Favorit saya? Tentu kolabs antara Bung Olan Fatah & Bung Kusnaeni.
Lewat RCTI pula, kita semua mengenal sosok Wulan Guritno, perempuan yang di mata saya lebih dari sekadar presenter olah raga, melainkan juga perempuan pertama, yang membuat saya percaya bahwa sepakbola tidak hanya untuk dinikmati oleh laki-laki, tetapi juga oleh perempuan.
Berkat ia juga, pendapat saya mengenai perempuan yang tidak cocok memakai jersey sepakbola, menjadi berubah. Sebab nyatanya, perempuan bisa menjadi sangat berkali-kali lebih menarik, saat mengenakan jersey sepakbola. Terlebih jika memakai jersey Juventus. Meleleh akutu...
Hari ini, semua cuitan yang muncul di linimasa saya, tengah merayakan kepulangan Serie A kembali ke RCTI. Begitupun saya, tak ingin ketinggalan momen, bahkan untuk sekadar menyapa Wulan Guritno.
Sebab seperti yang pernah saya ungkapkan di beberapa tulisan saya sebelumnya, Liga Italia bukanlah sekadar kompetisi, melainkan sebuah rangkaian romantisme. Entah pada Ayah, pada teman-teman semasa kecil, juga pada hal-hal manis lainnya, yang cukup disimpan di dalam hati.
Barangkali kamu?
***
Penulis biasa menutupi kesedihan di akun Twitter @juve_gl