Mohon tunggu...
E HandayaniTyas
E HandayaniTyas Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

BIODATA: E. Handayani Tyas, pendidikan Sarjana Hukum UKSW Salatiga, Magister Pendidikan UKI Jakarta, Doktor Manajemen Pendidikan UNJ Jakarta. Saat ini menjadi dosen tetap pada Magister Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Kristen Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Wulan yang Bahagia

1 Juli 2022   19:21 Diperbarui: 1 Juli 2022   19:24 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seperti apa itu yang dimaksud? Baik belum tentu benar, tapi kalau benar biasanya sudah baik, contoh: para wulan dapat menjaga asupan makanan, dapat mengatur waktu istirahat, melakukan pekerjaan sesuai usia, melakukan olah raga ringan dengan teratur dan tetap aktif, mengisi waktu sesuai dengan hobby masing-masing, dan ingat melakukan kontrol kesehatan (check up) secara berkala. Keteraturan dalam menjalani hidup menjadikan wulan tetap sehat dan syukur-syukur panjang usia.

Jangan pernah merasa takut dengan usia tua, tapi jalani -- syukuri -- hayati  dan nikmati, sebab menjadi tua bukanlah 'musibah' melainkan anugerah karena tidak semua orang sempat berumur panjang, jangan takut menjadi tua karena tua itu pasti. 

Oleh karena itu, jaga (kelola) pikiran baik-baik (enjoy with stress or have a joy with stress), yang penting jangan sampai depresi. Niscaya Anda bahagia, kata orang bahagia itu semua terpulang atau kembali kepada diri kita masing-masing. Kita sendiri yang membuat, jangan maklum dengan pikun!

Tetap aktif berpikir, rajin belajar dari banyak sumber, tetap bergaul (jangan mengurung diri atau soliter). Sesuai kodratnya manusia itu adalah makhluk sosial, maka tak baik bersikap soliter. 

Jika ada di antara kita yang soliter, segera ganti dengan solider, tidak sulit untuk bersikap solider. Orang bijak menuturkan bahwa sikap solider dapat dimulai dari tiga hal sederhana, yakni mau peduli (care), berempati, dan bersimpati, mau ikut merasakan kesulitan yang dialami sesama dan siap berbelarasa.

Biarlah kiranya ketiganya terinternalisasi di hati dan pikiran setiap wulan. Jangan sekali-kali karena sudah wulan lalu merasa diri paling benar dan maunya menang sendiri, sehingga yang muda harus mengalah dan menghormati.

Masa lalu adalah pembelajaran -- masa kini adalah pembenahan -- sedangkan masa depan adalah tujuan. Jangan pernah sekali-kali kita menilai seseorang dari masa lalunya yang mungkin saja kelam. 

Hadapi kenyataan hari ini bahwa wulan yang sudah berumur 70 tahun ini masih tetap gagah, enerjik, cerdas dan sehat. Sehingga bisa berkomunikasi, bersinergi dan berkolaborasi dengan yang lebih muda. 

Siapa takut bersendaugurau dengan milenial, tak ada yang melarang. Hanya saja pada umumnya mereka yang muda-muda itulah yang banyak segannya, maka kondisikan bahwa wulan siap beradaptasi dengan mereka.

Jadilah wulan yang mampu memahami dan menyelami dunia anak muda, karena memahami diri orang lain itu adalah sebuah kecerdasan dan memahami diri sendiri itu adalah suatu kebijaksanaan. 

Makin berumur -- makin bijaksana, baik dalam lisan maupun tindakan. Hidup itu begitu singkat, maka ia sangat berharga. Berbahagialah orang yang memiliki perilaku yang baik, dapat memahami orang lain terlebih dahulu, karena mengalah tak selamanya kalah, terkadang kita mengalah untuk menang. Kuncinya, jangan memaksa orang lain untuk mengerti tentang kita, tetapi berusahakah untuk mengerti orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun