Evaluasi longitudinal dilakukan dengan cara memantau dan menganalisis evolusi proyek OSS selama kurun waktu tertentu, misalnya 5 hingga 10 tahun. Data dikumpulkan dari repositori kode sumber seperti GitHub atau GitLab, menggunakan alat bantu otomatis seperti SonarQube, Understand, atau statis code analyzer lainnya. Beberapa metrik yang digunakan antara lain:
1. Code Churn (jumlah baris kode yang berubah)
2. Cyclomatic Complexity
3. Lines of Code (LOC)
4. Coupling and Cohesion
5. Code Smells
6. Documentation Coverage
Evaluasi dilakukan secara periodik, misalnya setiap rilis besar atau per tahun. Dengan pendekatan ini, tren terhadap kualitas maintainability dapat diketahui, apakah mengalami peningkatan atau penurunan seiring waktu.
Implementasi  Longitudinal terhadap Maintainability Perangkat Lunak Open Source Menggunakan Model Kualitas Perangkat LunakÂ
Sebagai ilustrasi, proyek open source seperti Apache HTTP Server, LibreOffice, atau Mozilla Firefox dapat digunakan sebagai objek studi. Dengan mengambil data historis dari proyek tersebut, analisis dapat dilakukan untuk mengevaluasi bagaimana tim pengembang melakukan pemeliharaan perangkat lunak.
Sebagai contoh, analisis pada proyek Mozilla Firefox selama lima tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan dalam dokumentasi dan penurunan cyclomatic complexity rata-rata, yang mengindikasikan perbaikan dalam aspek analysability dan modifiability. Namun, meningkatnya code churn dan jumlah code smells pada beberapa modul tertentu menunjukkan adanya tantangan dalam menjaga konsistensi kualitas.
Hasil dan Temuan
Dari hasil evaluasi longitudinal terhadap beberapa proyek OSS, dapat ditemukan beberapa temuan penting: