Mohon tunggu...
HANA NURDIAHLISTYANINGRUM
HANA NURDIAHLISTYANINGRUM Mohon Tunggu... Lainnya - positive vibes

A student, twitter Hananurdiahl

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sistem Pembelajaran Daring di Pedalaman Papua, Yakin Bisa Diterapkan?

15 Juli 2020   16:59 Diperbarui: 15 Juli 2020   16:58 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Virus corona sudah tidak lagi asing dibicarakan oleh siapa pun masyarakat Indonesia, layaknya makanan sehari-hari. Tiada hari tanpa bincang-bincang corona. Sudut mana pun kau datangi, ada saja pembahasan corona ini.  

Beberapa masyarakat saat ini tetap waspada, berdiam diri di rumah, tidak mengadakan acara yang mengundang banyak orang, dan berbagai hal lain yang diperingatkan pemerintah. Namun, tak sedikit pula masyarakat mengabaikan berbagai cara agar terhindar dari corona setelah beberapa lama pandemi terus meningkat jumlahnya.

Bagaimana pun corona masih menakutkan bagi masyarakat yang tinggal di Pedalaman Papua. Mungkin ini sangat menakutkan membayangkan jika terkena virus, harus dibawa ke kota yang jarak tempuh menggunakan jalur laut atau udara yang bahkan sudah tidak lagi beroperasi untuk sementara waktu. 

Virus corona bagi sekolah di pedalaman Papua tepatnya di Kampung Eci, Distrik Assue Gondu(Asgon), Kabupaten Kepi/Mappi apakah bisa daring seperti tempat lain? 

Di pulau jawa yang mayoritas memiliki fasilitas seperti signal dan listrik saja tidak semua tempat bisa dilakukan dengan cara daring apalagi pedalaman yang tidak memiliki fasilitas menunjang seperti itu, beberapa orang tua berlomba-lomba membelikan gawai untuk anaknya agar tetap dapat mengerjakan tugas, melaksanakan ujian, bahkan agar anaknya bermain game di rumah supaya tidak bosan terlalu lama di rumah. 

Orang tua belajar menjadi guru yang tidak hanya mendidik anaknya dirumah, namun juga pelajaran sekolah yang harus dipahaminya. Beberapa orang tua lebih memilih membawa anaknya pada tetangga atau anak lain yang dirasa lebih pintar agar belajar bersama. Cukup efektif jika belajar berkelompok di rumah yang nyaman.

Bagi siapa saja wabah ini membuat kita lebih santai sekaligus bingung. Keuangan, Pendidikan, bahkan kebutuhan sehari-hari sulit dijangkau. Sedikit cerita bagaimana dampak wabah ini bagi masyarakat disana yang sebelum adanya wabah ini terjadi kebakaran yang memakan puluhan rumah di pasar yang berdampak kerugian sangat besar. 

Sebagian Kembali ke daerah asal, Sebagian memilih untuk mengungsi ke rumah teman terdekat hingga saat ini. Sulit membangun pasar kembali dengan waktu yang singkat. Lokasi pasar diatas perairan sehingga butuh penopang terlebih dahulu.

Virus corona yang berdampak pada Pendidikan di sana juga sulit mencari jalan keluar. Internet sangat susah dan lama, wifi bisa dikunjungi di sekolah namun hanya ketika listrik nyala atau sekitar waktu malam tiba itupun tidak selancar arus air yang mengalir. gawai masih sangat jarang digunakan bagi warga asli sana, sms dan telepon adalah hal normal yang masih dilakukan sehari-hari. 

Apakah bisa dilakukan daring? Tentu tidak. Hanya beberapa orang yang memiliki gawai. Ingin menerapkan seperti mendatangi rumah peserta didik satu per satu? 

Tidak bisa juga, alamat rumah saja tidak ada, banyak peserta didik yang rumahnya masih didalam hutan yang bahkan kita tidak tahu dimana tepatnya rumah mereka dan mereka sangat takut jika terkena virus, kemungkinan besar tidak ingin ditemui. Kenapa tidak masuk sekolah seperti biasa saja? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun