Mohon tunggu...
Hana Marita Sofianti
Hana Marita Sofianti Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, Guru , Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini , Guru, Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

PAUD Inklusi: "Kita Semua Autis"

5 November 2020   00:39 Diperbarui: 5 November 2020   11:54 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via freepik.com

"Jangan paksa anakmu untuk menjadi seperti dirimu karena mereka tidak terlahir di jamanmu" ( Ali Bin Abi Thalib)

Sekilas Tentang PAUD
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah bentuk wadah dari satuan pendidikan untuk anak usia dini dari mulai usia 0-6 Tahun.

Menjadi payung dari Sekolah Formal, Non Formal dan Informal di Indonesia.

Sebagaimana telah diketahui bahwa pada awalnya belasan tahun silam PAUD merupakan layanan PLS (Pendidikan Luar Sekolah).

Awal booming dengan target seribu PAUD yang dicanangkan oleh kepala daerah masing-masing di setiap Desa dan Majlis Ta'lim di seluruh Indonesia telah melebihi target.

Artinya target sungguh sangat tercapai, sehingga awal-awalnya PAUD semakin banyak dan menjamur di negara kita.

Tujuannya adalah anak usia dini yang terlayani dari segi pendidikan khususnya perkembangan dan pertumbuhannya.

Beberapa kali transformasi Pendidikan Anak Usia Dini telah berkembang dari waktu ke waktu, seperti yang berawal dari PLS.

Berkembang menjadi PNFI (Pendidikan Non Formal Indonesia) lalu menjadi bidang PAUD DIKMAS sampai saat ini.

PAUD terdiri dari :

Pendidikan Formal :

  • TK / TKIT (Taman Kanak-Kanak /Islam)
  • RA ( Raudhatul Athfal)

Pendidikan Non Formal :

  • SPS ( Satuan PAUD Sejenis)
  • KB (Kelompok Bermain/ Play Group)
  • Taman Penitipan Anak (TPA)
  • BamBim (Binaan Anak Muslim Berbasis Masjid)

Pendidikan Informal :

  • Home Schooling
  • Pendidikan Keluarga

Sejauh ini perkembangannya dibagi dua ketika diajukan ke Pemerintah Formal dan Non formal agar tidak ada kesenjangan diantara keduanya.

Apa itu PAUD Inklusi?

Selain itu, di PAUD juga boleh melayani Anak dengan Berkebutuhan Khusus (ABK) sesuai dengan kriteria dan ketentuannya.

PAUD Inklusi adalah sebutan untuk PAUD yang memberikan pelayanan dan menangani ABK tersebut.

Bagaimana jika Sekolah kita tidak dapat melayani ABK? 

Sedangkan anak tersebut tidak dapat memasuki jenjang pendidikan khusus melalui SLB dikarenakan tidak adanya layanan khusus untuk jenjang PAUD atau karena sebab lainnya.

Saya sendiri pernah mengalami di lapangan ketika mengecek Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) anak menemukan beberapa anak yang terindikasi ABK.

Seperti contohnya : Tuna Rungu, Lidah Pendek, Tuna Wicara, Autis, Down Sindrom dan itu semua sering di sebut ABK. Anak Istimewa.

Saya langsung merekomendasikan untuk memilih masuk Sekolah Khusus ABK atau SLB. Namun beberapa dari orang tua mereka jarang ada yang mau mengikuti saran saya.

Umumnya alasan dari mereka lokasi yang jauh dan biaya dari rumah serta biaya lainnya yang menjadi penyebab utamanya.

Setiap ABK Memerlukan Diagnosa dan Penanganan Khusus dari Ahlinya

Setiap anak itu unik dan berbeda. Tidak ada anak yang sama walau dilahirkan kembar sekalipun, tetap saja memiliki perbedaan.

Tetapi dalam pelayanan pendidikan semua memiliki hak yang sama, artinya setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan (UU 1945 Pasal 31 ayat : 1).

Dikarenakan guru PAUD itu fleksibel dan selalu melakukan kegiatan Pelatihan, Diklat, Seminar, Workshop untuk memenuhi standar layanan anak usia dini.

Lalu di haruskan juga menempuh pendidikan yang linear agar sinkron dengan bidang yang sedang digeluti.

Minimal guru yang memegang ABK adalah guru yang telah memenuhi standar pelatihan khusus ABK, Kuliah S-1 PAUD, dan atau S-1 Psikologi AUD.

Sehingga cara berkomunikasi juga cara untuk berinteraksi dalam pembelajaran menjadi mudah dengan Anak Istimewa tersebut.

Salah satu hasil karya pertama anak ABK ( Foto : Dokumentasi Pribadi)
Salah satu hasil karya pertama anak ABK ( Foto : Dokumentasi Pribadi)
Apa itu Autis?
Autis adalah suatu gangguan perkembangan pada otak yang serius dan mempengaruhi kemampuan penderita berkomunikasi dan berinteraksi. (Sumber : www.alodokter.com)

Untuk lebih jelasnya, silahkan baca juga :

"Autisme : Ciri-ciri, Penyebab, dan Cara Menangani" ( 15 Februari 2020/Kompas.com)

Autis adalah sebuah gangguan pada otak bisa dengan bawaan lahir atau disebabkan suatu penyakit.

Contoh kasus ketika saya melakukan observasi tugas kuliah tahun 2018 di SLB Purwakarta.

Saya menemukan seorang anak yang di diagnosa Autis setelah panas kejang selama beberapa jam.

Lalu berpengaruh dan mengganggu sistem otak yang akhirnya anak tersebut di diagnosa Autis oleh dokter ahli di RS.HS-Bandung.

Fakta tersebut membuat kita harus selalu berhati-hati dalam mengurus buah hati jika sesuatu terjadi padanya.

Kasus panas dan kejang memang tidak semuanya terdapat diagnosa seperti demikian, namun itu hanya salah satu penyebab yang ditemukan di lapangan ketika observasi.

Kita Semua Autis

Kenapa demikian? Kita semua adalah Autis? Ah Ngaco! 

Sebenarnya apabila ditelaah dari arti kata Autis itu sendiri adalah anak dengan gangguan pada otaknya secara serius dan menyebabkan sulit untuk berkomunikasi serta berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Cirinya bisa dengan pandangan mata tidak fokus, kaki jinjit, dan mulut selalu keluar air liur. Walaupun tidak semua seperti itu, sekali lagi fakta di lapangan ketika observasi menyatakan demikian.

"Bagaimana dengan kita? Sadarkah bahwa kita semua adalah Autis bagi lingkungan sekitar kita? Keluarga kita? Istri kita? Suami kita? Anak-anak kita?" (Hana Marita S)

Ketika kita sudah tidak fokus dengan pekerjaan kita, dengan apapun yang disebutkan di atas, jelas kita adalah Autis yang sebenarnya.

Kita adalah Autis secara lughot/ dalam arti bahasa, karena ketidakpekaan kita terhadap lingkungan sekitar dan sekeliling kita, itu pun dapat di katakan Autis.

Walaupun bukan autis yang sebenarnya yang di diagnosa oleh seorang dokter khusus sekalipun. Sadarkah kita sebenarnya yang menyandang predikat itu?

Jadi sebutan Autis tidak hanya kepada mereka yang didiagnosa oleh dokter ahli? Atau dengan mudah kita mencaci dan menganggap orang Autis tidak berguna? Tidak.

Atau bahkan jangan-jangan kita adalah Autis bagi diri kita sendiri? Sehingga tidak peduli, tidak fokus pada apa yang diri kita utamakan.

Sebagaimana dari ilmu sosial budaya dan agama yang mengajarkan bahwa tidak ada perbedaan derajat kedudukan dari setiap manusia yang dilahirkan di dunia ini.

Baik yang dilahirkan secara sempurna ataupun tidak, semuanya memiliki pengakuan bahwa kita adalah manusia ciptaan Tuhan dan diakui oleh negara.

Tulisan ini hanya sebagai pengingat saja dan juga sebagai tugas mengajar di kompasiana, bahwa tidak semua orang mau dilahirkan secara "tidak sempurna", karena Tuhan tidak pernah menciptakan produk gagal.

Terbukti banyak dari mereka yang kekurangan dalam hal fisik yang berkarya secara nyata, tidak putus asa, berjuang untuk tetap hidup dan peduli pada sesama serta peduli pada lingkungan sekitarnya, bagaimana dengan kita? 

Salam. Emak-Emak Pembelajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun