Mohon tunggu...
Hana Amanda
Hana Amanda Mohon Tunggu... Mahasiswa Hubungan Internasional

Sedang belajar menjadi jack of all trades walaupun (masih) mastering none.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Globalisasi dan Masa Depan Pekerjaan di Indonesia

29 April 2025   08:39 Diperbarui: 29 April 2025   08:39 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Transformasi besar sedang melanda dunia ketenagakerjaan Indonesia. Hadirnya gelombang globalisasi yang dibarengi dengan revolusi digital sedikit banyak telah mulai mengubah lanskap ketenagakerjaan, menciptakan dinamika baru yang kompleks, penuh paradoks, sekaligus menawarkan peluang dan tantangan besar. 

Di satu sisi, kehadiran perusahaan multinasional tidak dapat dipungkiri dapat membuka lapangan kerja baru dan mempercepat proses transfer teknologi ke dalam negeri. Sementara di sisi lain, kita juga menyaksikan bagaimana otomatisasi, adopsi teknologi canggih, dan persaingan global justru mengancam keberlangsungan banyak pekerjaan tradisional. 

Fenomena ini kemudian memunculkan satu pertanyaan besar; siapkah Indonesia menghadapi masa depan dunia kerja yang semakin tidak pasti dan sarat akan disrupsi?

Dalam beberapa tahun terakhir, perubahan struktur ketenagakerjaan di Indonesia menunjukkan intensitas yang cenderung mengkhawatirkan. Menurut laporan dari World Bank (2022) yang bertajuk "Indonesia's Future Workforce", ada sekitar 46% pekerjaan di Indonesia yang berisiko tinggi mengalami otomatisasi dalam satu dekade mendatang. 

Proyeksi ini sejalan dengan analisis dari McKinsey Global Institute pada 2023, yang memperkirakan akan hadirnya kebutuhan 9 juta pekerja dengan keterampilan digital baru pada 2030. Hal tersebut menunjukkan bahwa transformasi dunia kerja bukan lagi sekadar prediksi, melainkan realitas yang seharusnya segera diantisipasi dengan mempersiapkan kebijakan yang matang dan terstruktur. 

Kita ambil contoh sektor manufaktur, yang selama ini menjadi tulang punggung dari perekonomian dan penyerapan tenaga kerja nasional, sebagai arena perubahan yang paling nyata. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023 menunjukkan bahwa, sektor ini masih berkontribusi sekitar 20% terhadap PDB nasional. 

Namun, perubahan struktural di dalamnya berlangsung dengan tempo yang mengkhawatirkan. Studi dari Bank Indonesia (2022), mengungkapkan bahwa adopsi teknologi Industrial Internet of Things (IloT) di kawasan industri meningkat secara signifikan hingga menyentuh angka 35% selama masa pandemi. Implikasinya adalah pabrik-pabrik di sentra industri, seperti di Karawang dan Cikarang, semakin banyak mengadopsi mesin otomatis. Menggantikan tenaga kerja manusia untuk meningkatkan efisiensi produksi. 

Kementerian Perindustrian bahkan mencatat penggunaan robot industri meningkat rata-rata 25% per tahun sejak 2020. Ironisnya, modernisasi ini menyebabkan penurunan penyerapan tenaga kerja sebesar 8% pada sektor manufaktur skala besar dalam rentang waktu 2019-2022. Dari fenomena tersebut, Thee Kian Wie (2021) menilai bahwa Indonesia tengah mengalami percepatan pola industrialisasi negara maju, namun dengan rentang waktu adaptasi yang jauh lebih singkat. Sehingga risiko akan terjadinya ketimpangan menjadi semakin besar. 

Tidak hanya industri manufaktur, sektor pelayanan jasa dan ekonomi digital Indonesia juga mengalami transformasi drastis. Layanan perbankan dan keuangan digital, misalnya, kini mampu mengurangi kebutuhan tenaga kerja konvensional seperti teller bank. Platform digital seperti Flip dan DANA juga memungkinkan pengguna melakukan transaksi tanpa kehadiran fisik, sehingga memicu pergeseran pola konsumsi jasa ke arah yang lebih otomatis dan mandiri. 

Bergeser ke sektor kreatif yang turut terdampak, kehadiran Artificial Intelligence (AI) generatif mulai menggantikan fungsi desainer grafis dan penulis konten. Survei dari Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2023, menyebut bahwa sekitar 40% dari perusahaan di Jakarta telah menggunakan AI untuk menggantikan sebagian fungsi manusia. Fenomena tersebut menggambarkan realitas baru bahwa kompetisi tenaga kerja di masa depan bukan hanya antar manusia, melainkan juga antara manusia dan mesin.

Namun, di balik tantangan tersebut, globalisasi dan digitalisasi juga membawa peluang baru yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Contohnya, ekonomi digital Indonesia menunjukkan tren pertumbuhan yang positif. Laporan dari Google-Temasek-Bain (2022), memperkirakan nilai ekonomi digital Indonesia mencapai lebih dari $146 miliar pada 2025. Angka tersebut memperlihatkan betapa besar potensi di sektor ini dalam menciptakan lapangan kerja baru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun