Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berencana Kuliah ke Malang atau Solo? Yuk, Kenali Lingkungan Sekitar Kampus!

27 Juni 2022   08:11 Diperbarui: 27 Juni 2022   08:26 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada banyak pertimbangan ketika seseorang memilih kampus tujuan untuk menuntut ilmu. Selain kredibilitas universitas, letak atau lokasi yang dinilai aman serta strategis pun menempati faktor utama. Dari semua kota di Indonesia, tampaknya banyak yang setuju kalau Malang dan Solo adalah favorit banyak mahasiswa. Begitu pula dengan saya. Lantas, bagaimana sih lingkungan di sekitar kampus?

Saya merantau ke Malang saat menempuh pendidikan S1 di Universitas Muhammadiyah Malang. Berada di pinggiran, membuat lokasi ini masih identik dengan perkampungan warga. Warung-warung pun masih banyak ditemui. Apalagi, kalau kos di daerah Landungsari atau lebih tepatnya Tirto Utomo.

Sekarang yang menjadi pertanyaan, mau kuliah dengan gaya hidup mewah atau biasa-biasa saja? Kalau mau yang mewah, cari saja kos di depan kampus persis. Di sana ada perumahan BCT. Kalau mau yang biasa-biasa saja, daerah Tirto Utomo sudah paling oke. Pedagang makanan banyak, supermarket ada, toko baju ada, semua lengkap. Mau lebih hemat? Carilah kos di gang yang semakin jauh dari kampus. Kalau saya, belum masuk gang, jadi sangat dekat dengan kampus, tinggal menyeberang. 

Saat kuliah di Malang, belum ada ojek daring, sehingga saya kalau mau ke mana-mana naik angkot. Dari kos saya juga dekat pangkalan angkot. Malahan, dari balkon, terlihat Terminal Landungsari. Pokoknya, saya sangat suka dengan kos saya. Sang pemilik pun berjualan jus di lantai satu.

Ada alternatif lain untuk tempat tinggal kalau berkuliah di UMM. Perumahan elite di Soekarno Hatta, mungkin? Namun, saya sangat merekomendasikan agar berangkat ke kampus melalui jalan tikus, karena jalan utama akan sangat ramai di jam-jam produktif, apalagi saat melintasi jembatan kembar. Bikin pusing. 

Bagaimana dengan hiburan? Banyak. Mau kulineran, mal, atau toko buku? Ya, saya cuma ke situ-situ saja, sih. Mau ke diskotik kok tidak ada teman. Tidak terbayangkan akan terlihat seperti apa saya? Diskotik di Malang banyak. Ada yang "blak-blakan" dan bahkan tersembunyi. Apa pun itu, sah-sah saja ke diskotik asal tidak memakai obat terlarang atau mabuk-mabukan sampai keblinger. 

Lulus S1, saya melanjutkan pendidikan S2 ke Solo atau lebih tepatnya di Universitas Sebelas Maret. Lokasinya juga pinggiran, jadi suasana di sana masih relatif tenang. Kalau dibandingkan dengan Malang, Solo memang memiliki aura yang berbeda. 

Malang, meskipun pinggiran, tetap terasa aura perkotaan di sana. Saya pernah menginap di kos teman, lalu melihat ke bawah dari jendela saat tengah malam dan jalanan masih ramai seakan tidak pernah mati. Di Solo, jam sembilan sudah sepi. Kendati demikian, angkringan di pinggir jalan justru dipenuhi orang. Anehnya, auranya pun tetap tenang. Saya biasa pulang main sekitar jam sepuluh sampai sebelas malam. 

Untuk kos di Solo, saya rasa antara yang mewah dan biasa saja tidak terlalu kentara perbedaannya. Kalau saya selalu memilih yang strategis, karena tidak membawa kendaraan. Rekomendasi saya, sudah paling oke kalau memilih di daerah Surya Utama. Di Jalan Kabut depan kampus persis juga banyak kos, tetapi saya kurang begitu suka lingkungannya, terlalu berdempet-dempet. 

Di Surya Utama pun lengkap. Tidak perlu takut kelaparan. Bosan makan dekat-dekat kos, bisa sekalian jalan-jalan tipis-tipis ke daerah ISI. Di sana juga banyak pedagang makanan, mulai dari siang sampai malam. Pilihannya beragam,  harganya murah. Pantas saja sih, Solo dinobatkan menjadi kota dengan biaya hidup termurah. 

Soal hiburan? Jangan ditanya. Banyak sekali! Selain banyak acara seni gratis, Solo juga dinobatkan sebagai kota swribu museum. Saya paling suka dengan Museum Tumurun dan Museum Batik. Kafe? Banyak, tinggal pilih, apalagi sekarang memang sedang ngetren. Lalu, ada yang bilang kalau sudah ke semua mal di Solo, tandanya sudah menjelajah seluruh Solo. Saya sudah berarti, meslipun hanya dua tahun di sana. 

Berbicara tentang suka duka, saya tidak mendapati permasalahan yang berarti. Palingan kadang merasa kesepian kalau di kos tidak ada orang sama sekali. Mungkin ini juga berkat keterampilan mengatur keuangan. Dulu saya pernah punya pikiran kalau saya akan makan mi instan setiap hari saat kos dan bahkan akan kelaparan, karena saking tidak punya uang. 

Saat S1, saya belum punya pekerjaan sampingan sebagai penulis konten. Jadi, saya diberi uang mingguan oleh orang tua. Bagaimana saya berhemat? Membeli lauk di warung dan memasak nasi sendiri. Kata teman saya, cara itu kurang efektif, karena hanya bisa menghemat barang seribu dua ribu. Jangan salah, silakan saja coba sendiri. Jangan lupa pula bawalah bekal saat ke kampus. Dulu saya bisa mengatur uang 100 ribu untuk seminggu, sudah termasuk biaya tugas. Senang-senang cukup sesekali, apalagi kalau diberi uang lebih oleh orang tua.

Saat saya S2, saya sudah bisa lebih bersenang-senang, apalagi teman-temannya pun mendukung. Namun, hanya harus tetap menjaga keuangan. Tetap, saya membawa penanak nasi zaman S1 dulu. Saya juga mempunyai stok makanan kering dan bumbu instan seperti nasi goreng. Masak saja menggunakan penanak nasi dan jadilah makanan alternatif yang masih sangat layak untuk dimakan. 

Duka saya selama kuliah di Solo hanya satu. Susah sekali mencari rujak uleg atau rujak petis di sana! Ya memang sih itu ranahnya Jawa Timur, bukan Jawa Tengah. Kalau sudah pengin sekali, biasanya saya akali dengan membeli lotek. O ya, cilok juga kurang banyak di Solo. Membayangkan betapa lezatnya bumbu kacang itu membuat saya ingin pulang ke rumah. 

Saran saya sebagai anak rantau, carilah kos yang strategis. Ini sangat membantu dalam menekan pengeluaran. Kemudian, penanak nasi itu wajib! Sekadar makan dengan nasi dan abon saja sudah nikmat bukan kalau tidak punya uang? Namun, jangan sampai seperti ini, ya. 

Sesekali saja. Selain itu, belilah apa pun dengan pertimbangan matang. Main boleh, dompet jebol jangan. Terakhir, lamarlah pekerjaan paruh waktu kalau ingin bersenang-senang. Sisihkan pula sebagian upah untuk simpanan. Kuliah nyaman, hidup aman. Sekian. 

Selamat menuntut ilmu! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun