Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Pengalaman Naik Kereta Jarak Jauh Saat Pandemi

25 Juli 2020   15:02 Diperbarui: 25 Juli 2020   16:56 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir Juni lalu saya bepergian menggunakan kereta api. Berbeda dari biasanya, PT KAI memberikan sejumlah syarat untuk bisa menaiki moda transportasi ini. 

Selain itu, PT KAI juga memberikan face shield sebagai pengamanan ganda. Sayangnya, di stasiun saya berangkat, tidak disediakan tempat cuci tangan atau minimal hand sanitizer untuk menjaga kebersihan tangan.

Syarat yang diberikan PT KAI bisa dilihat di situs resminya. Khusus untuk tujuan Jakarta, Anda perlu mencari informasi lebih lanjut mengenai SIKM. Setahu saya, syarat tersebut sudah tidak diberlakukan lagi. 

Namun, sebagai antisipasi, alangkah baiknya memastikan, bukan? Meski uang akan dikembalikan 100% lantaran syarat tidak lengkap, mengapa harus mengambil risiko lebih-lebih perjalanan Anda memiliki urgensi.

Perjalanan saya bersama Mama menuju salah satu kota di Jawa Tengah. Alhasil, kami tidak membuat SIKM. Sebenarnya, syarat berupa rapid test memberatkan kami mengingat tarifnya mencapai 250 ribu rupiah. Tiket untuk dua orang saja tidak sampai segitu. 

Kami pun meminta surat sehat ke puskesmas yang bisa ditebus hanya dengan lima ribu rupiah saja. Meski kalah jauh dari segi akurasi kondisi tubuh, kami yakin kami sehat. Gejala Covid 19 juga tidak terjadi pada kami. Selain itu, dokter yang membuat surat sehat mewanti-wanti apabila tidak enak badan, lebih baik membatalkan perjalanan.

Masa berlaku rapid test dan surat sehat adalah tujuh hari. Oleh karena itu, sebisa mungkin Anda tidak melampaui batasan tersebut selama di luar kota. Hal ini pun dipastikan oleh dokter tersebut. Kami memang hanya ke luar kota selama dua hari saja, jadi bukan menjadi masalah.

Menjelang keberangkatan, kami deg-degan kalau tidak memenuhi syarat, apalagi soal tes kesehatan. Untung saja, kami diperbolehkan berangkat. Namun, saya deg-degan dua kali, karena suhu tubuh saya 37,1, sementara batas maksimal untuk diperbolehkan naik kereta adalah 37,3. Saya dalam keadaan sehat, jelas. Sayangnya, hal-hal eksternal seperti suhu udara yang panas pun akan mempengaruhi suhu tubuh, persis seperti kasus saya.

Saya berpikir bahwa syarat yang terlalu ketat akan mempengaruhi keputusan orang lain untuk menaiki kereta. Dengan asumsi, akan menambah bujet perjalanan dengan segala tetek bengek. Dugaan saya pun terbukti. Seorang perempuan melakukan pengecekan masuk sebelum kami, tidak ditanyai perihal surat sehat. Setelah validasi tiket dan identitas diri, langsung diperbolehkan masuk.

 Ketika giliran kami, petugas melakukan pengecekan ekstra. Kami pun difoto secara individu sebagai bentuk laporan. Meski Anda menginginkan "keberuntungan" seperti perempuan tersebut, tetapi sebagai warga negara yang baik, lengkapilah semua syarat yang ditetapkan. Kalau apes 'kan akan diperiksa seperti kami.

Syarat lain yang diberikan oleh PT KAI adalah mengunduh aplikasi PeduliLindungi. Aplikasi ini akan memberikan informasi berkenaan dengan Covid 19, seperti rumah sakit atau apotek terdekat dan bagaimana zona daerah yang sedang Anda kunjungi. Aplikasi ini pun tidak ditanyakan oleh petugas. Namun, apa salahnya bukan mengunduhnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun