Mengawali tugasnya sebagai Arayang di Kerajaan Balanipa, Tomepayung tampil bukan sekadar sebagai pemimpin pewaris tahta, melainkan sebagai arsitek besar dalam pembentukan sistem pemerintahan dan tata masyarakat Mandar. Visi kepemimpinannya segera tampak dalam dua prioritas utama yang menjadi tonggak pembaruan Kerajaan Balanipa.
Pertama, penyempurnaan dan pelengkapan struktur kelembagaan pemerintahan menjadi agenda utama. Di bawah arahannya, sistem pemerintahan dibagi secara lebih teratur ke dalam beberapa lembaga yang bertugas di bidang berbeda: pemerintahan, pertahanan dan keamanan, serta ekonomi. Lembaga-lembaga ini bukan sekadar alat administrasi, melainkan instrumen yang menopang tegaknya marwah kerajaan dan menjamin stabilitas masyarakat. Perluasan wilayah pun menjadi bagian dari strategi besar dalam menegaskan eksistensi Balanipa sebagai kekuatan dominan di wilayah pesisir barat Sulawesi.
Kedua, Tomepayung memandang penting untuk mempererat jalinan antara dua poros utama kekuasaan etno-kultural Mandar: Pitu Ba'bana Binanga (tujuh kerajaan di wilayah muara sungai) dan Pitu Ulunna Salu (tujuh kerajaan di daerah hulu). Melalui diplomasi yang cermat dan strategi yang bijaksana, ia menghubungkan dua poros ini ke dalam satu simpul kekerabatan dan kepentingan yang saling menopang. Integrasi ini bukan hanya memperkuat posisi Balanipa, tetapi juga meletakkan dasar bagi terciptanya kesatuan identitas Mandar yang melampaui batas-batas geografis.
Sebagai bagian dari visi besar dalam menyempurnakan sistem pemerintahan, Tomepayung mendirikan sebuah lembaga penasihat khusus di lingkungan istana yang disebut Hadat Sappulo Sokko'. Lembaga ini terdiri atas sepuluh orang pemangku adat yang bertugas sebagai  "staf ahli" yang mendampingi Mara'dia (raja) dalam mengambil keputusan-keputusan penting kenegaraan.
Pada masa sebelumnya, pemerintahan hanya dibantu oleh empat anggota adat, sebuah struktur yang terbatas dan kurang memadai untuk mengelola kompleksitas urusan kerajaan yang semakin meluas. Tomepayung kemudian melengkapi jumlahnya menjadi sepuluh, sesuai kebutuhan zaman dan kompleksitas sistem sosial-politik yang berkembang. Penyempurnaan ini bukan semata-mata penambahan kuantitas, melainkan juga penataan kualitas peran dan keahlian yang masing-masing anggota hadat miliki. Mereka merupakan para tokoh yang memiliki keunggulan dalam berbagai bidang: hukum adat, ekonomi, strategi pertahanan, hubungan diplomatik, serta nilai-nilai spiritual dan budaya.
Pembentukan Hadat Sappulo Sokko' merupakan bukti kecemerlangan Tomepayung dalam membangun sistem pemerintahan yang kolektif dan bertumpu pada musyawarah. Ia memahami bahwa kekuasaan yang adil dan stabil harus dibangun dengan melibatkan banyak suara bijak yang berasal dari berbagai latar belakang sosial dan keterampilan lokal. Dengan begitu, istana tidak hanya menjadi pusat komando tunggal, tetapi juga menjadi ruang dialog kolektif antara raja dan rakyat melalui para pemangku adat.
Â
Kelembagaan Perekonomian dan Sakka Manarang di Masa Tomepayung
Tidak bisa disangkal bahwa kemajuan suatu negeri amat ditentukan oleh kekuatan ekonomi yang menopangnya. Kesadaran inilah yang mendorong Arayang Tomepayung, bersama para anggota hadatnya, untuk merancang sebuah sistem ekonomi yang terorganisir rapi dan berakar kuat pada potensi masyarakat lokal. Ia membentuk satu lembaga perekonomian yang disebut dengan "Sappulo Sakka Manarang", yang secara harfiah berarti sepuluh jenis kepandaian utama dalam bidang produksi dan jasa.
Kesepuluh bidang usaha tersebut merupakan cerminan dari keahlian terapan masyarakat Mandar yang telah berkembang turun-temurun. Mereka adalah:
- Pande Bassi -- tukang besi, pengolah logam untuk senjata dan peralatan kerja.
- Pande Bulawang -- tukang emas, pembuat perhiasan dan alat sakral, dan properti kerajaan.
- Pande Gallang -- tukang tembaga, pembuat alat rumah tangga dan ritual.
- Pande Ayu -- tukang kayu, arsitek rumah, perahu, kapal, dan bangunan istana.
- Pattema' Batu -- pengukir batu, ahli pahat dan konstruksi berbasis batu.
- Pattema' Pallutema -- pembuat tungku, pusat keahlian dapur dan pemanas.
- Pamio -- ahli tali-temali, penyedia kebutuhan untuk pelayaran dan pertanian.
- Panjalin -- nelayan profesional, pengelola hasil laut dan sungai.
- Passukki -- pemanjat buah, pelestari hasil hutan tropis.
- Pasuppi' -- pemburu burung menggunakan sumpitan, simbol ketepatan dan kesabaran.