Mohon tunggu...
Hamzah Ismail
Hamzah Ismail Mohon Tunggu... Jamaah Maiyah Mandar, Yayasan Masyarakat Mandar Madani

Baca Buku dan sedikit menulis

Selanjutnya

Tutup

Seni

Sampah Bernyawa: Membongkar Batas Hidup dan Mati dalam Puisi, Sebuah Pembacaan Dekonstruksi atas Puisi Tentang Sampah, Karya Syuman Saeha

23 Mei 2025   23:07 Diperbarui: 23 Mei 2025   23:27 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Syuman Saeha, sedang membaca puisi. Sumber foto: FB Syuman Saeha

Puisi ini memberi agensi kepada sampah: "sampah tau betul akan kemana". Ini menantang asumsi lama bahwa manusia adalah penguasa realitas, sementara benda-benda seperti sampah adalah objek mati.

Dalam pandangan dekonstruktif, ini adalah momen pembalikan pusat. Sampah menjadi entitas yang aktif, bukan hanya dibuang tapi juga kembali. Bahkan, ia menyusup ke dalam "tubuhmu dan tubuhku". Relasi kuasa antara manusia dan sampah pun dibalik: kitalah yang kini dikuasai oleh sampah.

2. Mengaburkan Hidup dan Mati: Ontologi yang Retak

Derrida, membongkar batas-batas ontologis tradisional. Dalam puisi ini, sampah tidak lagi seperti tanpa nyawa. Ia menjadi ambiguitas yang menakutkan: tidak sepenuhnya hidup, namun juga tidak sepenuhnya mati.

Kita dipaksa mempertanyakan ulang: apakah yang disebut hidup hanya terbatas pada yang bernapas? Ataukah sesuatu dianggap hidup bila ia hadir, berpengaruh, dan mengganggu kesadaran kita?

3. Ruang yang Kacau: Tong, Ledeng, dan Halaman

Frasa "rumahnya yang tong / persinggahannya di ledeng" mencerminkan keinginan manusia akan keteraturan. Namun dalam puisi ini, sampah justru menyusup ke ruang yang tak seharusnya: halaman, tubuh, ruang publik. Ini mencerminkan teori Derrida tentang invasi teks terhadap ruang pusat. Seperti logocentrisme ---kecenderungan budaya Barat untuk menganggap kata-kata, terutama ucapan (spoken word), sebagai pusat makna dan kebenaran--- yang dikritiknya, keinginan manusia akan pusat, kendali, dan kebersihan adalah ilusi.

Sampah membongkar ilusi itu. Ia hadir di tempat ramai, menyaksikan kehidupan, menjadi bagian darinya. Dengan begitu, ruang-ruang sosial pun kehilangan kejelasan batasnya.

4. "Mata Leluasa Saling Pandang": Siapa yang Mengawasi Siapa?

Barangkali baris paling misterius adalah:

mata leluasa saling pandang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun