Bahasa Indonesia merupakan pengikat jati diri bangsa dan telah terbukti peran pentingnya sejak Sumpah Pemuda tahun 1928. Namun, dalam lanskap global yang didominasi oleh bahasa-bahasa utama seperti Inggris, Cina, dan Spanyol, status bahasa Indonesia menghadapi tantangan eksistensial.
Di sisi lain, globalisasi memberikan kesempatan bagi bahasa Indonesia untuk lebih dikenal secara luas di dunia internasional. Di sisi lain, arus globalisasi yang tidak terkendali justru dapat merusak status bahasa Indonesia di negara asal. Mampukah bahasa Indonesia tetap bertahan sebagai bahasa utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara? Ataukah lambat laun ia akan terpinggirkan dan menjadi simbol nasionalisme belaka, tak berdaya di bidang sains, ekonomi, dan teknologi?
Tulisan ini mengkaji pengaruh bahasa asing, kebijakan yang lemah, kapitalisme, dan teknologi terhadap Indonesia. Tulisan ini mengkaji secara kritis berbagai tantangan yang dihadapi bahasa Indonesia di era global, mulai dari keadaan terkini hingga dampaknya terhadap eksistensi bahasa.
1.Dominasi Bahasa Asing dan Imperialisme Linguistik
Salah satu tantangan terbesar bagi bahasa Indonesia adalah semakin mendominasinya bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Bahasa ini telah menjadi lingua franca di berbagai bidang:
Akademik:Sebagian besar jurnal ilmiah ternama internasional harus diterbitkan dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, akademisi Indonesia lebih memilih menulis dalam bahasa Inggris untuk meningkatkan kredibilitas dan daya saing internasional. Tanpa landasan keilmuan yang kuat mengenai bahasa nasional, bahasa Indonesia akan semakin terpinggirkan dalam dunia intelektual.
Ekonomi dan Bisnis:Perusahaan multinasional lebih menyukai karyawan yang fasih berbahasa Inggris daripada mereka yang hanya berbicara bahasa Indonesia. Bahasa asing juga semakin banyak digunakan dalam periklanan dan pemasaran, seperti penjualan kilat, perusahaan rintisan, dan pengembangan bisnis. Seolah-olah bahasa Indonesia saja tidak cukup untuk menjelaskan konsep-konsep modern.
Teknologi:Perangkat lunak, aplikasi, dan platform digital hampir semuanya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama. Pekerjaan penerjemahan ke bahasa Indonesia sering kali ditunda dan bukan menjadi prioritas.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan penting, Apakah Indonesia sedang mengalami bentuk baru imperialisme bahasa? Jika kebijakan bahasa tidak segera diperkuat, terdapat risiko bahwa bahasa Indonesia akan tetap menjadi media komunikasi informal dan ranah intelektual dan profesional akan didominasi oleh bahasa asing.
2.Kebijakan Bahasa:Lemah dan kurang visi
Negara harus memainkan peran penting dalam memperkuat bahasa nasional. Sayangnya, kebijakan bahasa Indonesia masih lemah dan kurang berwawasan ke depan.