Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Waktunya Politikus Mengikuti Jejak Para Artis

27 Februari 2024   21:18 Diperbarui: 27 Februari 2024   21:43 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artis ramai-ramai jadi anggota dewan (Hamim Thohari Majdi)

Keberadaan para artis dalam konstalasi politik tidak ubahnya seperti keberadaan calon legislatif lainnya, dengan segala kelebihan dan keunikannya. Mereka yang terjun ke dunia politik, tidak menjadikan politik sebagai mata pencaharian (pekerjaan), tetapi lebih dari itu adalah upaya menata diri mengambil peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui jalur parlemen.

Para politikus yang berangkat dari kesenangan berpolitik dan terlibat langsung dalam partai politik tentu berbeda cara pandang dan perjuangan dalam memperebutkan kursinya. Memang beda cara atau jalan melenggang ke senayan antara politikus murni dan para artis.

ARTIS TAK ADA BEBAN HARAPAN

Di era maraknya media sosial dan bonus demografi memiliki korelasi yang cukup signifikan, media menjadi sarana efektif mengenal orang dan dikenal publik, dengan tayangan yang diulang-ulang, akhirnya viral dan ditonton (dikenal) banyak orang. Siapakah yang paling banyak berselancar di media sosial, ya para gen Z dan generasi sebelumnya yang masih melek teknologi, baik karena kebutuhan atau karena hobi.

Keberadaan artis di madeia sosial bagi kalangan anak muda lebih mudah dikenal dan didapati, tampilan para artis telah masuk dalam pikiran bawah sadar, mudah diingat dan mudah didapati, seperti halnya ketika pilihan calon legislatif, di tengah kebimbangan dari beberapa pilihan yang ada, nama artis menjadi pilihan dari pada nama tetangga, guru, tokoh masyarakat atau lainnya.

Pikiran bawah sadar masyarakat, ketika menentukan pilihannya kepada artis, bukanlah tanpa sebab, ada keterikatan moral yang sulit dicerna nalar politik, para artis mencalonkan diri sebagai caleg tanpa beban harus jadi, sepertinya mereka  tidak begitu  melibatkan mentalnya, apalagi bagi artis yang keberadaannya di caleg sebagai mesin meraup suara, maka dalam hal ini si artis tidak memiliki beban moral bila suara yang diperoleh kurang optimal.

INGIN IDOLANYA TAMPIL

Salah satu kelancaran perolehan suara para artis, karena mereka sudah menjadi idola masyarakat (pemilih), para artis menjadi salah satu sosok yang turut andil dalam mengiringi kehidupannya, melaui perannya, misal para artis (penyanyi) mampu menjadi tempat bersandar baik ketika membutuhkan motivasi, dirundung duka, jatuh cinta, putus cinta, melalui lagu-lagu yang dinyanyikan, mereka dapatkan. Hingga kemudian mereka menjadi idola.

Sebagai idola sosok artis secara individual kurang mempengaruhi, begitu pula dalam bidang politik pencalegan, para netizen berpikir sederhana "bisa memilih dan melihat idolanya masuk dalam ruang parlemen"

Tidak ada sedikitpun harapan yang disematkan kepada para artis, tidak ada janji yang dipegangi, bahkan tidak perlu ada kontrol ketika melaksanakan tugasnya sebagai wakil rakyat. Oleh karenanya kerika para artis yang di parlemen kurang memiliki kontribusi langsung untuk pembangunan, mereka sangat memaklumi "ya karena mereka memang artis", sebaliknya bila ada artis ketika menduduki kursi parlemen, lalu kiprahnya luar biasa, justru hal ini menjadikan netizen "terkaget-kaget" tidak menyangka kalau bisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun