Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Yang Sehat Jadi Sakit, Yang Sakit Tambah Sakit

19 Oktober 2025   08:09 Diperbarui: 19 Oktober 2025   10:56 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: KOMPAS/RADITYA HELABUMI)

Rumah sakit. Tempat yang sedapat mungkin dihindari oleh kebanyakan orang, karena memang bukan tempat yang menyenangkan.

Semua orang sibuk dengan pikirannya masing-masing. Bagi yang mengidap penyakit, penantian menghadap dokter seakan tiada berakhir. Untuk yang menemani anggota keluarga yang berobat, rasa bosan mendera.

Saya terpaksa harus mengorbankan jam mengajar di siang, sore, dan malam hari demi menemani kakak laki-laki saya, sebut saja Joni, ke dokter spesialis urologi yang berpraktik di salah satu rumah sakit di Samarinda beberapa minggu yang lalu

Joni harus rutin memeriksa prostatnya karena faktor usia yang menurunkan fungsi organ tubuhnya tersebut.

Kisah penantian di rumah sakit

Perjalanan panjang penuh drama dari rumah ke rumah sakit, memperoleh nomor antrean sampai tahap akhir sangatlah 'klasik' dan umum di negeri +62. Sudah jamak.

Joni mendapat nomor antrean tujuh di aplikasi Mobile JKN. Estimasi dilayani adalah sekitar pukul 16.30 Waktu Indonesia Tengah (WITA).

Registrasi ulang harus dilakukan. Coba tebak berapa lama kami harus menunggu? Lima menit? Sepuluh menit? Lima belas menit? Salah semua! Kami harus menunggu selama 60 menit, baru Joni dipanggil untuk registrasi!

Saya bingung. Apakah akses internet lelet? Ataukah sangat banyak calon pasien yang mendaftar? Sepertinya alasan kedua yang tepat, karena terlihat secara kasatmata akan ramainya para calon pasien di rumah sakit saat itu.

Selesai registrasi, kami menuju ruang praktik dokter. Pukul 16.30 WITA. Nomor antrean tujuh tetap tidak berubah dan berharap Joni dilayani oleh sang dokter di waktu yang sama sesuai aplikasi. Kenyataan? Harapan tetap tinggal harapan.

Satu jam berlalu. Sudah jam 17.30 WITA dan belum ada tanda-tanda pemanggilan.

"Kau mau minum, Jon? Aku belikan di warung di luar ya," Saya tahu kalau Joni tidak membawa botol minum. Kalau saya sih pasti membawa, karena saya sudah tahu pasti bakal lama 'menanti' di rumah sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun