"S ranking 10, kata gurunya, Pak"
L, ibunda dari S, seperti terlihat senang dengan prestasi S.
Bagaimana dengan saya?
Secara pribadi, yah, ranking adalah ranking. Peringkat 10 besar dianggap eksklusif. Namun di sisi lain, cara S dalam belajar dan nilai-nilai S di rapor tetap tidak berubah. Naik tidak, turun juga tidak. Stagnan.
Apalagi, pada dasarnya, menurut kurikulum saat ini, tidak ada pemberian ranking di rapor siswa. P, guru kelas sembilan dimana S berada berarti menerapkan standar ganda. Di satu sisi, P mengaplikasikan deskripsi kemampuan murid sesuai kurikulum yang berlaku. Di sisi lain, P masih menerapkan pola ranking dari kurikulum di masa lampau.
Ranking yang diberitahukan secara lisan saat pembagian rapor akhir semester 1 kelas sembilan di salah satu SMP swasta di Samarinda di pertengahan Desember 2023 menimbulkan pertanyaan di benak saya.
"Mengapa P memberitahu ranking anak kepada orang tua murid?"
Tentu saja ada banyak sebab berseliweran di kepala, tapi dua asumsi ini yang mendominasi.
Pertama, orangtua sering menanyakan tentang ranking anak.
"Ranking berapa?"