Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menyoal Bimbel "Satu Arah" Sesudah Ujian

13 Maret 2021   20:57 Diperbarui: 14 Maret 2021   09:46 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Katakanlah Anda adalah seorang guru seperti saya. Saya tidak terlalu yakin apakah Anda sependapat atau tidak, tapi menurut saya, apa yang dilakukan oleh Bu Linda dan mungkin juga oleh beberapa guru lainnya, yang menyandang status guru yang mempersiapkan peserta didik untuk lulus dengan hasil gemilang dari SD, SMP, atau SMA, sebagai sesuatu yang sangat memprihatinkan.

Inilah hal-hal yang perlu menjadi perhatian bagi Bu Linda dan para rekan guru menyangkut soal bimbel "satu arah" sesudah ujian.

1. Jangan sekadar mengejar ketuntasan materi tanpa mengedepankan pemahaman peserta didik

Tidak salah kalau guru hendak mengupas tuntas soal-soal Try Out dan UAS tahun-tahun sebelumnya supaya peserta didik mempunyai gambaran tentang soal-soal Try Out yang akan mereka hadapi kelak. 

Tapi, cara menyampaikannya seharusnya memperhitungkan perihal pengertian peserta didik akan materi ajar. 

Peserta didik adalah manusia, bukan robot yang harus "disuapi" informasi ke dalam otak. Niscaya, proses penyuapan itu tidak akan berarti banyak pada pemahaman peserta didik. Mereka tidak akan sepenuhnya mengerti dan kemungkinan besar juga tidak bisa menerapkan materi ajar dalam kehidupan sehari-hari.

Memang aneh kalau mendengar sedikit "omelan" Bu Linda lewat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) lewat Zoom yang mempermasalahkan murid-murid binaannya yang tidak aktif dalam proses belajar mengajar, dan mendorong peserta didik untuk lebih "bersuara lantang" dalam membahas materi pelajaran, tapi pada kenyataannya, malah dia yang lebih banyak bicara.


Secara pribadi, saya tidak mau hanya sekadar menerima jawaban A, B, C, atau D, tapi saya juga ingin mengetahui alasan murid memilih opsi tersebut.

Sebagai contoh, saat membahas soal UAS tahun sebelumnya, saya selalu menanyakan kenapa Bimo memilih opsi A untuk soal nomor satu.

Memang membutuhkan waktu sedikit lebih lama, tapi untuk mendapat pemahaman yang terang benderang, butuh usaha yang keras.

2. Proses belajar itu butuh waktu panjang, bukan sistem kebut sehari

Entah apakah sang guru saat kuliah dulu menganut paham SKS atau tidak. Eh, jangan salah sangka dulu. SKS di sini bukan Sistem Kredit Semester, tetapi Sistem Kebut Semalam alias belajar semalam suntuk untuk menghadapi kuis esok harinya.

Proses belajar butuh waktu panjang, bukan sistem kebut sehari. Saya tidak tahu apa alasan Bu Linda, tapi kalau mengambinghitamkan Covid-19 sehingga mengakibatkan ketiadaan pembelajaran tatap muka yang menimbulkan akibat susulan yaitu tidak tercapainya target penyelesaian materi ajar, saya rasa sangat tidak mengena.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun