Hadi (bukan nama sebenarnya), seorang pimpinan lembaga musik yang pernah saya temui beberapa tahun yang lalu mengatakan perihal minimnya minat warga untuk mengikuti les gitar klasik. Berbeda halnya dengan piano, biola, dan keyboard yang laris manis bak kacang goreng di malam hari.
“Kesan masyarakat pada umumnya, gitar adalah alat musik pengamen. Itu saya ada baca di beberapa artikel di media online. Padahal, seperti Mas tahu sendiri, kemampuan gitar dalam menghasilkan alunan melodi indah tak kalah hebatnya dengan piano, biola, dan keyboard,” kata Pak Hadi.
“Dan, kenyataan sepertinya mendukung artikel-artikel itu. Jumlah yang les gitar kalah jauh dibanding yang les piano, biola, dan keyboard di kursus ini,” Pak Hadi menambahkan.
Yah, perkara predikat gitar sebagai alat musik pengamen di benak kebanyakan masyarakat yang beliau temukan di beberapa artikel dalam media online tidak perlu diperdebatkan. Saya pribadi belum pernah membaca tentang itu. Tapi secara umum, memang saya mendapati kalau gitar memang belum mendapat tempat yang selayaknya di mata kebanyakan masyarakat.
3. Saya lebih tertarik jadi YouTuber yang membahas tentang gitar daripada jadi guru gitar
Bagi saya saat ini, dengan adanya pandemi covid-19, saya lebih tertarik jadi YouTuber yang membahas tentang gitar daripada jadi guru gitar. Kenapa? Karena mengajar gitar lewat online, seperti yang dilakukan kakak perempuan saya di Jakarta yang berprofesi sebagai guru piano, sangatlah sukar.
“Sulit, Ton. Suara banyak delay, sehingga tidak sinkron dengan video di layar hape saat sedang video call. Mungkin karena faktor jaringan internet yang tidak lancar,” jawab kakak saya, Yulia (bukan nama sebenarnya) sewaktu saya menanyakan perihal proses mengajar piano lewat online.
Selain faktor tatap muka yang agak sukar dilakukan saat ini, saya juga pasti menemui kesulitan dalam mengajar cara bermain gitar, karena saya tak punya pengalaman untuk itu. Belajar sendiri saja susah, apalagi ngajarin orang lain ^_^.
Sekarang tidak, entah kelak
Sekarang saya tidak tertarik untuk menjadi guru gitar. Saya masih bertahan menjalankan profesi sebagai guru bahasa Inggris, karena memang latar belakang pendidikan saya adalah seputar pembelajaran bahasa Inggris.
Tapi tidak menutup kemungkinan kalau kelak saya menjadi guru gitar klasik. Kalau usia masih ada, dan kekuatan masih bertahan di tubuh dan jari-jari tangan ini, kenapa tidak? Karena pada dasarnya, saya senang kalau bisa membagikan ilmu bermain gitar, meskipun baru sebatas ke teman-teman kos saat masih kuliah dulu.
Kiranya tulisan ini sudah menjawab pertanyaan penasaran dari para teman dan siapapun dari rekan Kompasianer yang mungkin juga bertanya-tanya dalam hati tentang profesi saya yang sebenarnya ^_^.
Yang jelas, saya adalah guru bahasa Inggris sekarang. Perkara kelak saya alih profesi menjadi guru gitar klasik, biarlah waktu yang akan menjawabnya.