Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wahai Para Perempuan, Hati-hati dalam Memilih Calon Suami!

13 Agustus 2020   22:15 Diperbarui: 13 Agustus 2020   22:10 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Kompas.com/Romanno

Tentu saja, jangan mengadopsi budaya barat mengenai "tinggal bersama sebelum menikah" yang alasannya adalah untuk mengenal lebih dekat satu sama lain. Jangan lakukan tindakan "tinggal bersama sebelum menikah".

Jangan!

Selain bertentangan dengan budaya timur, juga bertentangan dengan ajaran agama tentang moralitas.

Tanyakan pada calon kakak atau adik ipar atau mertua tentang kebiasaan, pola makan doi, dan lain sebagainya. 

Mungkin Anda berpikir lagi, "Ah, nanti dikira kepo, pengin tahu."

Lebih baik Anda tahu kalau calon suami Anda tidak bisa makan seafood sebelum menikah daripada waktu Anda sudah menikah dengannya, Anda baru tahu kalau suami tidak bisa makan seafood plus tidak bisa makan yang lain-lain, dan setiap harinya hanya bisa makan tempe dan tahu saja!

Anda juga bisa menanyakan ke teman-teman kuliah atau rekan-rekan kerja doi. Biasanya mereka lebih objektif dalam menilai karakter doi, khususnya teman-teman yang tidak begitu akrab dengan doi. 

Analisa berbagai info tersebut, apakah kebiasaan, pola makan, karakter, sifat, dan lain-lain dari sang doi sesuai dengan kebutuhan Anda akan suami yang ideal atau tidak.

Kedua, Telusuri motivasi sang doi yang sebenarnya sebelum menikah

Kejomplangan finansial mengambil porsi terbesar dari retaknya hubungan suami-istri, baik itu dari segi pemasukan suami yang kurang memadai; atau pendapatan istri yang lebih "superior" dibanding suami, dan suami merasa diri tak punya power, tak punya wibawa di rumah.

Selama 20 tahun lebih berprofesi sebagai guru, saya mendapati masalah finansiallah yang menjadi pemicu perceraian kebanyakan dari orangtua atau wali murid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun