"Kita butuh penyegaran, Pak."
Kadang-kadang jengkel juga mendengar pendapat orang-orang yang berpikiran dangkal seperti ini. Terlalu banyak menonton tv, dan kurang atau tidak suka membaca buku, majalah atau surat kabar.
Menerima hanya satu sisi saja, tapi tidak bisa menganalisa apa yang ditonton dan didengar dengan baik.
"Saya sudah nanya orang-orang di pasar. Mereka bilang, mereka akan pilih Prabowo. Saya bilang top. "Penyegaran," kata mereka," Surono (bukan nama sebenarnya), salah satu rekan guru, yang mengatakan seperti itu.
Berpendapat sih boleh-boleh saja. Ber-opini sih sah-sah saja, namun tetap harus menggunakan akal sehat, logika, fakta. Jangan mengandalkan emosi atau perasaan.
"Asal bukan Jokowi. Kasih Prabowo kesempatan," Surono bersikeras.
"Berarti Bapak tidak punya alasan yang kuat kenapa memilih Prabowo."
Surono diam.
"Oke, seandainya ada yang nanya ke bapak kenapa bapak memilih Prabowo, apa jawaban bapak? Apa yang Prabowo sudah kerjakan sehingga dia layak dan pantas menjadi presiden mendatang?"
"Pokoknya, Prabowo layak dan pantas jadi presiden mendatang."
"Itu saja alasannya?"