Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Siapa Essam El-Hadary?

13 Juni 2018   21:41 Diperbarui: 13 Juni 2018   22:15 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : aawsat.com

Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo?

Selalu dua nama ini yang menjadi perbincangan hangat para penggila bola.

Mereka menebak-nebak, siapa diantara kedua bintang ini yang akan 'meroket' di Piala Dunia 2018 atau mungkin malah 'terjun bebas' ke dasar bumi yang paling dalam.

Begitu juga dengan Mohamed Salah. Siapa yang tidak kenal dengan pemain Liverpool yang satu ini?

Mengorbitkan Liverpool di kancah liga Inggris dan terutama Liga Champions Eropa, yang sayangnya menjadi anti klimaks bagi Salah, karena dia mendapat cedera dari aksi 'judo' Sergio Ramos dari Real Madrid, dan berakhir pula mimpi happy ending Liverpool untuk merengkuh si 'Kuping Lebar' setelah lama nirgelar di kancah Eropa.

Karena Salah, Mesir pun diprediksikan akan menjadi kuda hitam yang bisa merangsek dan membuat kejutan. Keberhasilan Mesir memasuki perhelatan Piala Dunia sering dikaitkan oleh karena jasa seorang Salah.

Apakah betul seperti itu?

Tentu saja, keliru kalau menilai keberhasilan suatu tim sepak bola hanya dikarenakan satu orang, karena sepakbola berbicara tentang kolektivitas, kerja tim dari sebelas orang, bersama dengan taktik dan strategi yang diramu oleh jajaran staf pelatih, bukan karena individual belaka.

Begitu juga dengan Mesir.

Mesir bisa tampil di gelaran Piala Dunia 2018 dikarenakan tim yang mumpuni, dan salah satu tokoh yang tidak bisa dikesampingkan yaitu sosok yang berada di bawah mistar gawang.

Siapa Essam El-Hadary?

Essam El Hadary memang bukan kiper top seperti Gianluigi Buffon, David de Gea, Thibaut Courtois atau yang lainnya.

Dia sudah mencicipi nikmatnya memainkan si kulit bundar sejak tahun 1993 di usia 20 tahun, usia yang masih dikategorikan 'bau kencur' kalau membandingkan dengan pemain-pemain pro lainnya pada masa itu.

Memulai karir profesional di klub Damietta, Mesir, El-Hadary melanjutkan karir ke klub yang lebih besar yaitu Al-Ahly di tahun 1996. Di Al-Ahly, selama dua belas tahun (1996 - 2008), El-Hadary membantu klubnya memenangi banyak kompetisi, seperti delapan kali juara liga Mesir, empat kali juara Piala Mesir, empat kali juara Piala Super Mesir, empat kali juara Liga Champions Konfederasi Sepakbola Afrika, tiga kali juara Piala Super Konfederasi Sepakbola Afrika, satu kali juara Liga Champions Klub-Klub Arab, dan dua kali juara Piala Super Arab.

Untuk negara, El-Hadary memulai karir sebagai pemain timnas Mesir di tahun 1996.

Setelah duabelas tahun di Al-Ahly, El-Hadary pun berpindah klub beberapa kali, sebelum akhirnya berlabuh di Al-Tawooun FC, salah satu klub sepakbola di Arab Saudi pada tahun 2017 sampai sekarang.

Peran El-Hadary di Timnas Mesir

Tentu saja, menjaga gawang tidaklah mudah, dan sebagai kiper, El-Hadary tidak mungkin bisa bertahan selama 22 tahun sampai sekarang dan tetap dalam intensitas tinggi, jika hanya sekedar ambisi semata.

Malahan, pemain yang berusia 45 tahun ini, yang kemungkinan akan menjadi pemain tertua sepanjang sejarah Piala Dunia, menjabat sebagai kapten. Tentu saja, jabatan ini bukan sembarangan diberikan oleh pelatih Hector Cuper.

Cuper pasti berpikir, selain karena pengalaman El-Hadary yang sudah lama malang melintang di timnas, juga supaya menginspirasi para pemain Mesir untuk tetap semangat berjuang dan bangga membela nama negara di kancah sepakbola dunia.

"El-Hadary mempunyai kepribadian yang unik, dimana dia dapat berkompetisi di usianya dengan penjaga gawang-penjaga gawang muda. Dia pasti seorang pemain yang unik," kata Cuper pada CBC TV channel.

El-Hadary, selain usianya yang mungkin akan memecahkan rekor sebagai pemain Piala Dunia Tertua sepanjang sejarah, juga menunjukkan karakter yang bisa menjadi contoh untuk pemain-pemain Mesir, dan juga untuk pemain-pemain muda atau yang sudah senior sekalipun.

"Saya sangat senang bisa bermain di Piala Dunia. Ini menjadi pesan bagi pemain lain bahwa anda harus percaya dengan mimpi anda dan berjuang untuk menjadikan itu nyata."

"Umur saya 45 tahun, tapi bagi saya, itu hanya angka di atas kertas.""Saya latihan keras setiap hari. Saya tidak tahu arti kata 'tidak mungkin'. Saya akan terus berjuang hingga Piala Dunia agar memiliki kesempatan untuk bermain, dan memberikan pertahanan yang terbaik bagi Timnas Mesir."

"Saya telah memenangkan banyak gelar, tapi saya belum pernah tampil di Piala Dunia dan mimpi itulah yang saya ingin jadikan nyata."

Perkataannya sewaktu melayani permintaan wawancara dari BBC Sport, Kamis, 5 Maret 2018, menunjukkan bahwa dia mempunyai mental yang tidak mudah menyerah demi mencapai impiannya.

Meskipun usia melaju dengan cepat, namun El-Hadary tetap percaya bahwa mimpinya menjadi penjaga gawang nomor satu di Mesir akan menjadi kenyataan.

Dan mimpi itu akan menjadi nyata pada hari Jumat, 15 Juni 2018. Mesir akan menghadapi Uruguay, dan tentu saja, apabila pelatih Hector Cuper mempercayakan El-Hadary sebagai kiper di starting line-up pada laga perdana, El-Hadary akan membuktikan bahwa dia akan berjuang dengan sekuat tenaga untuk menjaga gawangnya tetap perawan selama dua kali empat puluh lima menit.

Jika dia dimainkan, rekor pemain tertua pun akan menjadi miliknya, memecahkan rekor dari kiper Kolombia, Faryd Mondragon yang andil di Piala Dunia 2014 yang digelar di Brasil. Waktu itu Mondragon; bermain bersama timnya, Kolombia;  melawan Jepang saat berusia 43 tahun 3 hari.

Apa yang bisa kita pelajari dari sosok Essam El-Hadary?

Sedikitnya, El-Hadary membuat saya menarik dua pesan moral yang bisa kita jadikan pelajaran untuk menempuh hidup ini.

Pertama - Punya Mimpi Besar

"Jangan punya mimpi kegedean. Nanti kalau jatuh, sakit tuh."

Mungkin kita sering mendengar perkataan menjatuhkan seperti itu dari teman-teman kita waktu menyampaikan impian kita akan masa depan yang gilang gemilang.

Saya rasa,  El-Hadary menghadapi badai cemooh yang sama, mungkin malah lebih menyakitkan dari orang-orang kebanyakan.

Namun, Dia tetap berjuang meskipun sebenarnya tipis peluang baginya untuk menembus tim utama.

Tapi sepertinya Tuhan mendengar doa El-Hadary. Kiper utama, Ahmed El-Shenawy mengalami cedera bahu, sehingga pelatih Hector Cuper memilih El-Hadary. Apa alasannya? Cuper melihat sesuatu yang istimewa, seperti perkataannya di CBC TV channel. Pesan kedua berikut mungkin adalah jawabannya.

Kedua - Rajin berlatih, Ulet dan Pantang Menyerah

Seperti kutipan kata-katanya di atas, bahwa meskipun usianya sudah empat puluh lima tahun, namun dia tetap berjuang, karena selama dia masih kuat bermain, dia akan terus bermain.

Bagaimana dengan kita?

Kadang-kadang kebanyakan dari teman saya, yang baru berusia tiga puluhan saja sudah malas gerak (mager), sehingga kalau diajak jalan sedikit saja, bilangnya malas atau capek ^_^.

Untuk ke warung terdekat saja, harus pake sepeda motor. Diajak olahraga? Mereka ogah. Kalaupun mau, cuma seminggu sekali. Itu pun kalau mood ^_^.

Mimpi, sejauh belum tercapai, memang hanya mimpi, namun Essam El-Hadary tetap berlatih keras untuk mewujudkan impiannya.

Dan sekarang, dunia mengakui keberadaan El-Hadary dan akan menyaksikan kiprahnya di Piala Dunia 2018 yang sebentar lagi akan dihelat.

Apapun hasil yang didapat Mesir, Essam El-Hadary tetap akan menorehkan sejarah, selain sebagai pemain tertua di Piala Dunia sepanjang sejarah, juga telah berjasa memberikan inspirasi bagi orang-orang di dunia ini, bahwa selalu ada harapan, meskipun seakan-akan Tuhan sudah berpaling darinya, namun sebenarnya Tuhan tetap setia, mengujinya, apakah El-Hadary tetap berjuang meraih impian sembari berdoa atau memilih untuk gantung sarung tangan.

El-Hadary tetap berjuang.

Akhirnya, dia ada di Piala Dunia. Bukan sebagai penonton, tapi ikut berpartisipasi, membela timnas negaranya.

* * *

Inilah salah satu pemain sepak bola yang bagi saya sangat menginspirasi.

Meskipun tidak banyak dikenal orang, namun mempunyai andil yang sangat besar untuk negaranya dan juga memberikan nilai-nilai kehidupan bahwa tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya.

Nothing is impossible.

Doa dan Upaya tidak akan mengkhianati kita.

* * *

Di kesempatan lain, saya akan menuangkan lagi sosok pemain lain atau pernak-pernik Piala Dunia 2018 di Kompasiana tercinta ini, dan untuk sebulan ke depan, saya akan berusaha untuk rutin menulis tentang Piala Dunia 2018, sembari mengikuti Blog Competition Kompasiana seputar Piala Dunia 2018  dengan Tema Jangan Nonton Bola Tanpa Nulis Blog.

Bagi saya, kalaupun tidak menang, tidak menjadi masalah.

Yang terpenting, sejarah perlu,atau malah harus ditorehkan, dituliskan, karena selain untuk mencegah lupa, itu tak mungkin akan terulang kembali, dan momen-momen bersejarah dari Piala Dunia akan memberikan nilai-nilai moral untuk kita semua, bahwa jika ingin hasil yang memuaskan maka harus bekerja keras.

No pain, No Gain.

Sekian dulu bahasan kita soal Essam El-Hadary, salah satu sosok inspiratif dari timnas Mesir.

Jangan lupa, tidaklah asyik menonton sepakbola tanpa kudapan, jadi jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda ^_^.

Salam Sepakbola.

Salam Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun