Mohon tunggu...
parjo
parjo Mohon Tunggu... .

Desiderium meum est te servire Domine

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lorong Gelap yang Membungkamku

2 Oktober 2025   23:14 Diperbarui: 2 Oktober 2025   23:40 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by James Coleman on Unsplash

Carolus enampuluh enam, tiga kata yang sayup-sayup terdengar sebelum bunyi-bunyian aneh membungkamnya. Lalu semua jadi luruh, redup, hening, dan aku kembali terdampar di tempat yang sangat luas. Dimensinya tak bisa diukur, baunya alami, terangnya sangat namun tak buat mata silau karenanya.

"Halo?" aku coba menyapa. Tak ada jawaban, hanya pantulan tanya yang kembali datang. Menggema, berputar, masuk telinga kiri lalu keluar dari telinga kanan. Tempat apa ini? Kuperas ingatan dalam-dalam. Dimulai dari lorong dan koridor sebuah bangunan, ruangan dengan kursi yang berbentuk panjang, dan sebuah meja besar.

"Halo?" aku coba kembali bertanya. Sekelebat bayangan tiba-tiba datang seperti potongan film hitam putih berpasir. Ada baju panjang dengan potongan yang tak biasa, dua buah lilin yang menyala, dan pantulan cahaya dari benda berwarna perak. Apakah itu? Siapakah aku? Mengapa aku di tempat ini?

"Ave Maria, gratia plena, Dominus te cum, benedicta tu in mulierbus, et benedictus fructus ventris tui lesus. Sancta Maria mater Dei, ora pro nobis peccatoribus, Amen." Sebuah doa sayup-sayup terlantun. Entah apakah itu, namun kini aku merasakan kehangatan seperti sebuah pelukan. Lagi! Lagi! Teriakku parau. Dan sayup-sayup doa itu kembali hadir, satu kali, dua kali, lalu berulang dan berulang hingga tiba-tiba hilang digantikan oleh sebuah percakapan yang menyentak dalam,

"Selamat jalan teman, Tuhan memberkatimu"

"Aku yang salah, seandainya aku tak memaksanya untuk meninggalkan panggilannya, hanya demi egoku, egoku, egoku!"

"Ssshh sudah, sudah. Ia akan melayani-Nya di surga dik"

"Ave Maria, gratia plena, Dominus te cum, benedicta tu in mulierbus, et benedictus fructus ventris tui lesus. Sancta Maria mater Dei, ora pro nobis peccatoribus, Amen." Dan kembali terdengar dengan lembut sebuah doa. Aku rasa mereka mengulanginya terus menerus hingga sebuah suara lembut memasuki telingaku,

"Mari ikutlah Aku, Aku akan mengantarmu pulang kembali, layanilah Aku"


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun