Mohon tunggu...
Haliza Nathasya
Haliza Nathasya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Universitas Sriwijaya

Ilmu Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Isu Kontemporer Dampak Nasionalisme Vaksin terhadap Masyarakat Semanjung Afrika

5 Desember 2021   15:24 Diperbarui: 5 Desember 2021   15:40 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kerangka Kesiapsiagaan Pandemi Influenza (PIP) dibentuk dan disetujui oleh negara-negara anggota WHO pada tahun 2011 merupakan satu contoh yang dapat diambil dalam membahas fenomena vaksinasi covid-19. Berdasarkan pada pengembangan yang terkoordinasi oleh WHO dari vaksin influenza musiman, telah ada selama beberapa dekade.

Sampel dari berbagai belahan dunia, khususnya dari negara-negara Asia, didistribusikan di dalam jaringan sistem kesehatan sehingga vaksin yang sesuai dapat diproduksi setiap tahun untuk musim influenza tahunan. 

Jaringan tersebut digunakan untuk memantau influenza yang berpotensi pandemi. Pada tahun 2007 menteri kesehatan Indonesia menolak untuk membagikan sampel kepada jaringan terkecuali jika ada mekanisme untuk memastikan bahwa Indonesia akan mendapatkan akses vaksin jika ada pandemi influenza. Meskipun Indonesia membagikan sampel secara bebas, namun badan publik dan swasta di negara-negara kaya dapat mengembangkan vaksin yang akan mendapatkan keuntungan dan manfaat bagi populasi negara, namun fakta yang muncul tidak ada negara yang menyumbangkan sampel yang akan menerima manfaat.

Bercermin pada pandemi flu H1N1 pada tahun 2009 menggambarkan kegagalan dalam hal memasok negara-negara berpenghasilan rendah dengan vaksin secara tepat waktu. Kemudian di masa sekarang sebuah keadaan pandemi dinyatakan oleh WHO akan ada perlombaan untuk mengembangkan vaksin. Karena vaksin flu dirancang setiap tahun untuk subtipe virus yang lazim, maka relatif mudah untuk mengembangkan vaksin dengan cepat. 

Negara-negara maju segera mengamankan akses ke vaksin dengan membeli dosis yang cukup untuk menutupi populasi mereka. Ketika tidak adanya kebutuhan mendesak untuk semua dosis, negara-negara tersebut menawarkan pasokan vaksin mereka kepada WHO untuk didistribusikan ke negara-negara berpenghasilan rendah. Negara Norwegia memiliki pandangan bahwa memastikan populasi negara sepenuhnya tercakup bahkan sebelum mereka mempertimbangkan untuk memberikan apa pun kepada populasi berpenghasilan rendah. 

Sisi lain ketika dosis yang tidak digunakan ditawarkan ke negara-negara berpenghasilan rendah, mereka pada dasarnya tidak berguna, dengan alasan yang mendasari bahwa negara-negara kaya mencoba menghasilkan uang dari negara yang kurang beruntung. Meskipun PIP yang disepakati pada tahun 2011 dapat mencegah hal tersebut di masa depan, namun tidak memuat mekanisme penegakan.


Negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Inggris Raya, serta negara anggota dari Uni Eropa telah menandatangani perjanjian untuk membeli dosis dari beberapa produsen. China sedang mengembangkan vaksinnya sendiri dan secara eksplisit prioritas warga negara diutamakan

 

PEMBAHASAN

  • Keadaan sistem kesehatan di Afrika 

Sistem kesehatan Afrika telah dicirikan lemah dikarenakan kekurangan sumber daya manusia untuk kesehatan dan fasilitas kesehatan yang terlalu tertekan yang disebabkan oleh beban penyakit yang berkepanjangan. Peningkatan jumlah kasus SARS-CoV-2 dan perluasan geografis yang cepat dari virus semakin membebani sistem. Selama bertahun-tahun, pertempuran telah dilakukan di seluruh benua untuk memberantas penyakit yang berkontribusi besar terhadap tingkat morbiditas dan mortalitas. 

Rencana, strategi, dan berbagai intervensi telah dilakukan di Afrika untuk mengekang banyak ancaman kesehatan masyarakat Peran vaksin dalam mengurangi morbiditas dan mortalitas penyakit di seluruh dunia tidak dapat diremehkan. Ini berasal dari perlindungan dari penyakit target yang ditawarkan vaksin kepada populasi berisiko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun