Mohon tunggu...
Halis Idris
Halis Idris Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki Bodohku

7 Februari 2018   06:21 Diperbarui: 7 Februari 2018   06:28 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah sebulan ini, aku mulai melihatnya berbeda. Cukup sibuk,  terlalu sibuk dan selalu sibuk. Sering sekali aku mencari-cari masalah, membuatnya jengkel agar dia bisa menegurku,  bercerita lalu kembali dengan perhatiannya yang dulu. 

Aku sebenarnya sempat berpikir untuk membiarkannya saja.  Lagipula saat ini adalah akhir-akhir perkuliahaan.  Ada sebuah penelitian skripsi yang cukup membuatnya sibuk.  Aku sendiri,  tidak begitu memikirkan skripsiku, aku sudah menyuruh orang lain untuk mengerjakannya untukku. Jujur sekali aku tidak pernah menyukai yang namanya belajar. 

Itulah yang membuat kami sangat bertolak belakang.  Sering sekali pada awal-awal hububugan kami.  Dia selalu mengingatkanku untuk rajin belajar, membujukku untuk menyelesaikan tugasku sendiri. Meski pada akhirnya dia menyerah lalu mengerjakannya untukku. 

Hal seperti ini juga yang membuat banyak mahasiswa dan mahasiswi di kampus menganggap cintaku sebatas untuk mempergunakan Rifki. Dan aku sempat kesal dengan gosip tersebut.  Tapi, dia meyakinkanku untuk percaya padanya dan cintanya hingga akhirnya kami bisa tetap bertahan dan membuktikan bahwa gosip tersebut tidak pernah benar.

Sudah tiga tahun hubungan ini.  Dan aku mulai merasa ada yang berbeda padanya.  Aku tidak ingin memikirkan hal-hal yang bisa membuatku makin ragu padanya.  Tapi, prilakunya yang sangat cuek akhir-akhir ini, tidak memberiku pilihan untuk tidak berpikir negatif kepadanya.  Tentang orang ketiga dalam hubungan kami.  Aku sangat bersyukur kepada tuhan telah diberi kekasih yang sangat setia dan tulus.  

Dia tidak pernah selingkuh dariku.  Dia memiliki banyak teman wanita dan begitupun teman lelaki.  Begitulah Rifki sangat memelihara hubungan silaturahminya.  Itu juga yang membuatku selalu dan selalu ingin bersamanya, tetap mencintainya serta merindukan kehadirannya. Tapi,  dia telah berubah.  Terlalu sibuk sendiri,  banyak diam dan terkadang mengacuhkanku.  Ingin rasanya mengatakan padanya untuk menyerahkan urusan skripsinya padaku.  

Aku akan menyewa orang lain untuk mengerjakannya. Hanya saja itu tidak akan pernah terjadi.  Karena sudah pasti jawabannya "tidak". Dia lelaki yang punya prinsip dan sangat menjunjung tinggi prinsip hidupnya.  Tidak mungkin membujuknya hanya dengan sebua alasan yang tak jelas ini,  hanya sebuah rasa rindu kepadanya untuk menjadi seperti yang dulu lagi atau keinginan untuk lebih di perhatikan dari apapun. Aku hanya takut, dengan diriku.  

Jika saja tak mampu menahan diri dalam situasi ini, lalu kemudian apa yang terjadi? Aku butuh dia saat ini untuk bertahan dari situasi yang dia hadirkan sendiri.  Aku masih ingin dan selalu ingin menjaga hubungan ini,  aku mencintainya.  Tapi,  kemana harus kulampiaskan rasa kesal ini dan sepi ini?

 "selamat pagi Diana. "
" ehh... " aku kaget melihat sosok lelaki yang berdiri  didepanku ini. Entah sejak kapan Randi berada di depanku. Entahlah,  masih ada bayang kekesalan di hatiku kepada kekasihku.
" kenapa bengong? " dia mendekatkan wajahnya kepadaku. Dan kedua tangannya di masukkan kekantong celananya. Aku teringat seseorang yang pernah melakukannya. Seorang laki-laki juga, dengan cara seperti ini. 

Dia mencoba mencari tahu tentang wanita yang di anggapnya sedang memikirkan sesuatu yang cukup mengganggu hingga tak menyadari kehadirannya. Adegan dalam sebuah film kartun jepang. 

Film yang mengisahkan tentang dua remaja yang telah bersahabat sejak kecil, lalu diam-diam saling mencintai.  Hingga akhirnya mereka saling mengetahui perasaan masing-masing ketika sang lelaki menghadapi kematian lantaran penyakit yang di deritanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun