Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Spirit Piagam Madinah dalam Kehidupan Bernegara

9 Oktober 2022   11:56 Diperbarui: 9 Oktober 2022   12:00 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pancasila, jalandamai.org

Mendengar piagam Madinah tentu sudah tidak asing lagi. Piagam Madinah tercetus setelah Rasulullah SAW hijrah dari Mekah menuju ke Madinah. Seperti kita tahu, Madinah ketika itu dan Indonesia saat ini memiliki banyak kesamaan. Salah satunya adalah keberagaman yang ada di kedua negara tersebut. Di Madinah, banyak sekali suku-suku yang tinggal ketika itu. Sementara Indonesia, juga mempunyai ribuan suku yang tersebar dari Aceh hingga Papua.

Apa yang bisa kita jadikan pembelajaran dari keduanya? Semengat persatuan, semangat untuk saling menghargai dan semangat untuk membangun peradaban yang lebih baik. Dan dalam konteks Madinah ketika itu, tidak bisa dilepaskan dari peranan Nabi Muhammad SAW. Teladan Beliau cukup menginspirasi semua negara hingga saat ini. Kok bisa? Sadar atau tidak semangat berbangsa dan bernegara, sudah diajarkan oleh Nabi ketika itu.

Madinah dibangun tidak didasarkan pada agama tertentu. Madinah dibangun atas dasar kesepakatan masyarakat yang ada disitu. Seperti kita tahu, tidak hanya masyarakat Islam yang tinggal di Madinah, tapi juga ada masyarakat Yahudi yang beraneka ragam. Karena keteladanan Rasulullah SAW, keberagaman tersebut bisa hidup berdampingan. 

Tidak ada agama tunggal yang dipeluk masyarakat Madinah ketika itu. Dan Nabi tidak pernah mempersoalkan hal tersebut. Beliau justru memberikan teladan dalam berbangsa dan bernegara, sesuai dengan semangat ajaran Islam.

Dalam keberagaman itulah kemudian lahir piagam Madinah, yang bisa diterima oleh masyarakat yang beraneka ragam tersebut. Piagam Madinah merupakan kesepakatan untuk ditaati oleh seluruh masyarakat. 

Kesepakatan itulah yang kemudian diimplementasikan dalam undang-undang. Yang bis akita jadikan pembelajaran adalah, Rasulullah tidak pernah memprioritaskan mayoritas, dalam hal ini muslim. Juga tidak mendasarkan hukum Madinah berdasarkan aturan formal Islam. Al Quran dijadikan sumber standar nilai. Sepanjang piagam Madinah mengadopsi nilai-nilai universal dalam Al Quran, maka piagam Madinah harus ditaati oleh umat muslim dan non muslim di Madinah.

Mari kita lihat Indonesia saat ini. Semangat piagam Madinah juga diadopsi dalam Pancasila. Meski mayoritas masyarakat Indonesia muslim, tidak ada aturan formal masuk dalam Pancasila. Hanya saja nilai-nilai universal yang terkandung dalam Al Quran, diadopsi dalam Pancasila. 

Tidak hanya Islam, semua agama yang ada di Indonesia juga merasa terakomodir dalam Pancasila. Dasar negara Indonesia itu merupakan kesepakatan. Jika masih ada pihak-pihak yang mempersoalkan Pancasila, mereka adalah kelompok yang tidak paham sejarah.

Mari kita semua mencontoh teladan yang diberikan Nabi selama ini ini. Teladan Nabi tidak hanya terlihat dalam membangun Madinah, tapi juga terlihat dalam setiap ucapan dan perilakunya. 

Teladan Rasulullah SAW juga bersifat universal, dan bisa diteladani oleh seluruh umat beragama di bumi ini. Sungguh sangat disayangkan, jika masih ada pihak yang mempersoalkan kesepakatan yang telah dibuat, lalu bertindak hal-hal yang tidak mencerminkan teladan Nabi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun