Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

NII, Gejala Radikalisme yang Perlu Diwaspadai

24 April 2022   05:35 Diperbarui: 24 April 2022   05:43 1479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
NII - jalandamai.org

Indonesia dikenal sebagai negara yang toleran. Negara yang menghargai keberagaman, kemanusiaan dan perdamaian. Namun di negara yang toleran ini, bibit intoleransi masih ada. Bahkan bibit radikalisme juga tidak bisa hilang, meski kelompok radikal banyak yang dibubarkan. Bahkan para pemimpinnya ada yang dipenjara dan ada juga yang di eksekusi mati. Salah satunya adalah pimpinan NII. Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, yang memimpin pemberontakan DI/TII ketika itu, dan berhasil ditangkap lalu di eksekusi mati.

Meski pemberontakan NII pimpinan SM Kartosoewirjo telah terjadi pada 1949 yang lalu, dan semua pimpinannya ketika itu sudah ditangkap, paham radikalisme yang diusung kelompok ini tidak serta merta hilang. Paham ini terus berkembang dengan menempel di organisasi lain, yang telah bermetamorfosa. Ali Imron, pelaku peledakan bom Bali, pernah mengatakan bahwa paham radikalisme yang diusung NII adalah akar dari terorisme. Karena itulah, masyarakat harus menjauhi masyarakat, lembaga pendidikan, pesantren atau lembaga lain yang terbukti menjadi bagian dari NII.

Ali Imron menegaskan, kalau seseorang yang telah terpapar NII, bisa dipastikan dirinya adalah radikal. Dan ternyata, pendiri Jamaah Islamiyah (JI) yaitu Abu Bakar Baasyir dan Abdullah Sungkar, keduanya juga pernah aktif dalam NII. Begitu juga dengan hampir semua pelaku peledakan bom Bali, termasuk Ali Imron sendiri, pernah aktif di NII. Ini artinya, bibit radikal pada dasarnya berasal dari NII tersebut. Karena pola pikirnya sudah radikal, maka outputnya pun juga menjadi radikal. Dan ketika radikalisme sudah menguasa pola pikir, maka logika menjadi hilang. Yang muncul adalah kafir atau tidak, sesat atau tidak.

Jika semuanya selalu dihadapkan pada kafir atau tidak, sesat atau tidak, tentu sangat memprihatinkan. Karena tidak selamanya manusia itu selalu benar, atau sebaliknya. Proses yang menempel pada diri manusia, harus dihargai. Begitu juga perbedaan yang menempel pada diri manusia, harus dihormati. Tidak boleh merasa paling benar. Tidak boleh juga merasa paling mayoritas. Sehingga bersikap semena-mena, diskriminatif dan intoleran. Semua manusia mempunyai kedudukan yang sama di bumi ini, tidak peduli apa agama dan latar belakangnya.

NII memang tidak pernah mati meski pemimpin awalnya sudah mati. Jejaring NII ini terus berkembang ke seluruh Indonesia. Tidak hanya di Jakarta, tapi juga terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Bali hingga Sulawesi. Karena itulah, jejaring NII ini harus diputus. Karena jejaring ini menyebarkan gejala bibit radikalisme yang terus menyebar. Jika tidak segera diantisipasi, akan semakin banyak generasi penerus yang menjadi korban.

Ingat, dalam penangkapan 16 anggota NII di Sumatera Barat kemarin, juga terdapat 77 anak-anak yang dilibatkan. Mereka memang terus menyasar remaja dan anak-anak, sebagai bagian dari regenerasi. Bahkan, data Polri mengungkapkan setidaknya sudah terdapat 1.125 orang yang terpapar ideologi NII di Sumatera Barat. Ideologi NII ini tidak hanya sebatas anti Pancasila dan anti NKRI, tapi juga merupakan cikal bakal dari organisasi radikalisme dan teroris di Indonesia.

Pemerintah harus memikirkan pencegahan, agar ideologi ini tidak terus berkembang. Perlu ada aturan hukum yang bisa menyentuh persoalan ideologi radikalisme ini dari hulu. Kenapa ini penting karena ideologi inilah yang akan melahirkan aksi terorisme. Ideologi ini pula yang bisa memecah belah persatuan dan kesatuan yang telah lama terjadi di negeri ini. Karena itu mari kita terus mengobarkan api perlawanan, terhadap ideologi radikalisme yang diusung oleh NII ataupun kelompok lain, yang bisa meruntuhkan negeri ini. Salam toleransi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun