Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dakwah Digital Harus Tetap Kedepankan Keberagaman

5 Juli 2020   03:15 Diperbarui: 5 Juli 2020   03:39 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dakwah Virtual - www.nu.or.id

Untuk belajar sesuatu bisa dilakukan dengan cara apa saja, kapan saja dan dimana saja. Terlebih perkembangan teknologi di era digital ini, berkembang begitu pesat. Teknologi telah memudahkan kita untuk bisa belajar tentang apa saja.

Begitu juga dalam belajar agama di era digital ini, semakin mudah saja. Segala sesuatunya bisa dilakukan secara digital. Termasuk dakwah digital.

Jika dulu seorang penceramah harus secara manual mendatangi tempat ibadah, atau mengumpulkan sekian banyak orang, untuk bisa berceramah. Sekarang, tinggal bikin channel youtube sendiri saja, sudah bisa melakukan ceramah. Para pengikutnya tinggal mengaksesnya dari mana saja, kapan saja dan dimana saja.

Perkembangan teknologi memang telah merubah perilaku keseharian kita. Teknologi telah menjauhkan yang dekat, namun juga mendekatkan yang jauh. Dengan dakwah di dunia maya, kita tak perlu lagi harus datang ke masjid, gereja atau tempat ibadah yang lain.

Untuk mendengar ceramah tokoh A, tidak perlu harus menunggu hari tertentu atau di tempat tertentu. Sekarang tinggal dibuka saja channel youtube masing-masing tokoh, kita sudah bisa mendengarnya hanya dengan sekali klik saja melalui gadget kita.

Karena kemajuan teknologi pula, telah melahirkan tokoh-tokoh virtual yang dianggap mengerti banyak hal. Kita tidak kenal, tidak pernah bertemu secara fisiki, tapi bisa mengetahui ceramah atau dakwahnya di media sosial.

Ada penceramah yang memang benar-benar mempunyai latar belakang agama yang kuat, karena alumni pesantren. Namun ada juga penceramah yang belajar agama secara otodidak, alumni pesantren luar negeri dan segala macamnya.

Ada yang pemahaman agamanya benar, ada yang setengah, tapi ada juga yang dangkal. Karena itu, pemahaman agama nya pun bermacam-macam. Ada yang bisa melihat sesuai dengan konteksnya, tapi ada juga yang memaknai secara lurus saja.

Belajar agama secara digital memang mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Jika kita, masyarakat awam ini belajar agama melalui media sosial, tapi tidak membekali diri dengan literasi yang kuat, maka kita akan mudah percaya saja pendapat yang dikatakan para penceramah virtual tersebut.

Namun, jika kita punya literasi yang kuat, maka kita akan cari penguat atau pembanding. Jika disebutkan dasarnya ayat A, benarkah hanya ayat A, atau jangan-jangan ada ayat lain yang dijelaskan di ayat B.

Cek ricek perlu dilakukan di era digita ini. Karena sekarang ini banyak oknum-oknum tertentu yang menyusupkan paham radikalisme dan intoleransi melalui dakwah-dakwah yang disebar di media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun