Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memperkuat Lingkar Perdamaian di Kalangan Muda

2 November 2019   19:33 Diperbarui: 2 November 2019   20:03 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peran Pemuda - jalandamai.org

Ketika Densus 88 baru saja menangkap salah seorang di sebuah tempat karena diduga terlibat aksi terorisme, tetangganya selalu tidak mengetahui. 

Bahkan, para tetangganya umumnya melihat perilaku yang bersangkutan selalu positif. Namun, karena masih kuatnya budaya individualisme di kalangan masyarakat, secara tidak sadar telah membuat antar tetangga kurang saling berbicara, bertegur sapa, ataupun saling menawarkan pertolongan. Padahal aktifitas ini umumnya seringkali dilakukan oleh kalangan anak muda.

Hal diatas merupakan ciri-ciri orang yang sudah terpapar radikalisme. Mereka akan menutup diri, merasa paling benar sendiri, hingga selalu melihat orang yang berbeda pandangan dan keyakinan sebagai pihak yang salah. 

Dan sadar atau tidak, kelompok intoleran dan radikalisme ini terus mengembangkan sayapnya, masuk ke segala lini kehidupan masyarakat. Dan salah satu celah yang sering mereka gunakan adalah media sosial. Memang tidak secara vulgar berbicara tentang radikalisme, tapi bibit kebencian terus dimunculkan yang bisa memicu terjadinya konflik di tengah masyarakat.

Bibit kebencian inilah yang kemudian melahirkan intoleransi dan radikalisme di tengah masyarakat. Dan ketika tingkat literasi masyarakat masih rendah, maka bibit intoleransi ini akan terus menyebar dan menyebar di masyarakat. Akibatnya apa? Informasi fakta bisa dianggap menjadi bohong, dan informasi bohong bisa dianggap sebagai kebenaran. Semakin pelik lagi, jika para tokoh juga ikut terprovokasi, dan menyebarluaskan informasi yang tingkat kebenarannya masih dipertanyakan.

Masih ingat kasus Ratna Sarumpaet? Begitu informasi itu muncul, semua orang langsung memberikan reaksi. Dari masyarakat biasa hingga tokoh masyarakat, tokoh agama, hingga tokoh politik. Akibatnya, polemik ketika itu semakin tak terhindarkan. Aksi saling menjelekkan terus menguat. 

Polisi pun banyak menetapkan tersangka atas dugaan pencemaran nama baik, dan lainnya. Dan ketika polisi menyatakan bahwa pernyataan Ratna bohong, pernyataan yang beredar di medsos pun memudar. Kasus ini hanyalah salah satu dari contoh kasus, yang semestinya bisa kita jadikan pembelajaran bersama.

Saatnya, kita harus saling berangkulan satu dengan yang lain. Mari saling memperkuat tali silaturahmi, tali pertemanan, dan tali persaudaraan. Mari kita saling berdampingan, bukan terhadao sesama suku atau agama yang sama, tapi juga terhadap keberagaman yang ada. Sadarlah bahwa kita pada dasarnya saling berbeda satu dengan yang lain. Dan perbedaan ini merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita, umat manusia, apapun agama dan latar belakangnya.

Mari saling perkuat lingkar perdamaian diantara kita, diantara masyarakat, diantara suku, dan diantara sesama umat manusia. Dengan tetap menjaga perdamaian dalam diri dan lingkungan, maka kita akan membangun benteng yang kuat di tengah masyarakat. Nilai kearifan lokal akan terus terjaga, dan keramahan tetap akan kita temukan tidak kepada orang yang sama, tapi orang yang berbeda pun juga tetap tidak dibeda-bedakan.

Dan anak muda, sebagai pihak yang banyak menjadi korban provokasi, sekaligus menjadi penangkal provokasi, juga harus terus saling menguatkan antar sesama. Tidak boleh saling menebar kebencian. Karena kita mempunyai hak dan kewajiban yang sama, sudah semestinya bisa saling menghargai, menghormati dan tolong menolong antar sesama. Salam damai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun