Pekan lalu, Menko Polhukan menjadi korban penusukan oleh pasangan suami istri. Dan ternyata, pasangan tersebut merupakan anggota dari JAD, sebuah kelompok yang selama ini aktif menebar teror di Indonesia. JAD telah memproklamirkan diri berafiliasi dengan ISIS, kelompok teroris jaringan internasional yang berhasil menebar teror di berbagai negara. Karakter teror jaringan ISIS adalah bisa menyasar siapa saja. Bahkan seorang muslim pun, jika berbeda pandangan bisa menjadi sasaran teror.
Bukan bermaksud menakuti. Tidak ada salahnya kita meningkatkan kewaspadaan. Kenapa? Karena aksi teror bisa menyasar siapa dan kapan saja. Wiranto hanyalah sebagian kecil dari contoh tersebut. Dulu, polisi bukan menjadi sasaran teror, kini polisi seringkali menjadi sasaran teror kelompok yang berafiliasi ke ISIS. Kok bisa? Karena perintah dari pimpinan ISIS ketika itu adalah lakukanlah teror kepada siapa saja yang menghalangi langkah mereka. Polisi adalah salah satu pihak yang menjadi penghalang jaringan teror ini. Wajar jika polisi seringkali menjadi sasaran teror.
Pihak yang berbeda keyakinan dulu dianggap kafir, thogut dan lain sebagainya. Kini, seorang muslim pun juga bisa dianggap kafir ataupun thogut, jika menjadi penghalang. Karena itulah, bukanlah hal yang berlebihan jika kita terus meningkatkan kewaspadaan, dan paham bagaimana menghadapi kelompok radikal ini.
Menebar teror dengan sebilah pisau yang menimpa Wiranto, bukanlah yang pertama kali. Dulu di salah satu pos polisi di Tangerang, juga terjadi hal serupa. Begitu juga di salah satu masjid di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Ironisnya, aksi penusukan tersebut justru terjadi di tempat ibadah, di dalam masjid.
Tak hanya teror, propaganda radikalisme juga terus menyasar kepada semua pihak, tak mengenal jenis kelamin dan usia. Di kawasan Depok Jawa Barat, pernah ditemukan buku bacaan mengandung ajaran radikalisme di salah satu lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD). Bahkan, orang tua yang terpapar radikalisme, juga sering mengajak anak-anaknya yang masih belia untuk bergabung dengan kelompok teroris, bahkan ada yang mengajaknya untuk melakukan aksi teror.
Ingat, propaganda dan aksi teror saat ini telah memanfaatkan kecanggihan teknologi. Mereka telah memanfaatkan media sosial, untuk terus menebarkan teror kapan saja dan dimana saja. Jika kita menyadarinya, tentu kita bisa melakukan tindakan pencegahan. Untuk itulah, penting kiranya terus menyebarkan pesan kedamaian kepada siapa saja.Â
Penting kiranya untuk terus mengingatkan, bahwa menjaga persatuan harus terus dikumandangkan. Menjaga keragaman suku, budaya, bahasa dan agama harus terus dilakukan oleh siapa saja. Mari saling berdampingan, tanpa harus saling menebar kebencian.