Mohon tunggu...
Munawar Khalil
Munawar Khalil Mohon Tunggu... Insinyur - ASN, Author, Stoa

meluaskan cakrawala berpikir, menulis, menikmati kehidupan yang singkat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Dogma dan Observasi Sains

7 Agustus 2021   20:09 Diperbarui: 18 Agustus 2021   12:08 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hingga, pada 1665-1666 terjadilah wabah besar di London yang disebabkan oleh Yersinia pestis. Sebuah bakteri yang terkait dengan wabah-wabah sebelumnya yang membuat penduduk harus terkurung di rumah seperti PPKM saat ini. Masa-masa work from home ketika itu malah menjadi waktu produktif bagi Isaac Newton dalam pengembangan ilmu optik dan cahaya, kalkulus, serta hukum gerak dan gravitasi. 

Berada di rumah saat wabah tampaknya malah membuat Newton semakin kreatif. Ia mencoba memecahkan soal-soal matematika dan ilmu gravitasi tentang jatuhnya sebuah benda dari atas ke bawah.

Jika temuan Copernicus dan Galileo ternyata 'kebetulan menggugat' dogma karena menemukan fakta bahwa bumi lah yang mengelilingi matahari. Maka Newton dengan eksprimennya 'meluruskan', bahwa benda jatuh itu bukan karena kehendak sesuatu, tapi karena adanya hukum gravitasi. 

Bedanya cocokologi dengan hipotesa santifik adalah adanya metodologi yang bisa diuji. Misalnya, sampai saat ini tidak pernah ada bukti keberadaan Zeus yang katanya dewa pembuat kilat. Lalu metode saintifik pada tahun 1840 yang dilakukan William Thomson justru membuktikan bahwa kilat adalah peristiwa alam biasa berupa lonjakan listrik akibat proses elektrifikasi alamiah keberadaan partikel air di udara atau yang kita lihat sebagai awan. Sebenarnya sains tidak pernah bertujuan membahas keberadaan Zeus, tapi temuan saintifik membuat kita memahami kilat terjadi tanpa adanya Zeus.

Ringkasnya, dogma dan temuan faktual yang terjadi pada manusia itu bisa berubah mengikuti kondisi kebutuhan zaman. Ia bisa dikoreksi atau revisi menyesuaikan kebutuhan tadi. Yang jadi pertanyaan, mungkinkah ada saatnya dogma tidak bisa mengikuti perkembangan sains? 

Misalnya, apa yang terjadi ketika suatu waktu nanti sains berhasil meng-upload nyawa orang mati yang menjadi domainnya Pencipta dan Pengatur dunia, yang saat ini tengah masif dikembangkan oleh ilmuwan google dan ahli saraf Amerika?

Yang pasti, penghukuman terhadap ilmuwan seperti Galileo pada masa lalu yang sampai mati dipenjara, dan temuannya dianggap menyelisihi Kitab dan Alkitab (nama Galileo baru direhabilitasi oleh Vatikan semenjak 100 tahun setelah kematiannya) tampaknya akan sulit terjadi pada masa depan. Karena rata-rata logika dan literasi manusia sudah mencapai tahap sempurna untuk mengobservasi temuan sains. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun