Mohon tunggu...
Munawar Khalil
Munawar Khalil Mohon Tunggu... Insinyur - ASN, Author, Stoa

meluaskan cakrawala berpikir, menulis, menikmati kehidupan yang singkat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Dogma dan Observasi Sains

7 Agustus 2021   20:09 Diperbarui: 18 Agustus 2021   12:08 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dogma yang kita yakini dan pakai saat ini dibuat pada ribuan tahun yang lalu, di mana saat itu akal manusia untuk mengobservasi hukum alam masih sangat terbatas. Jauh sebelumnya, puluhan ribu tahun mundur ke belakangnya lagi, dogma itu terus berubah. Jangankan konsep tentang agama, konsep tentang Tuhan saja berubah. 

Dari percaya pada benda-benda, roh-roh, dan dewa-dewa yang jumlahnya banyak. Lalu berubah menjadi percaya kepada satu Pencipta yang mengatur kehidupan. Karena dianggap dogma terdahulu tentang benda-benda dan roh-roh tadi sudah tidak relevan lagi dengan kondisi kekinian saat itu.

Dogma, lahir untuk menenangkan serta menjaminkan kejiwaan manusia ribuan tahun yang lalu agar terjadi keseimbangan alam, mengatur kekacauan, baik buruk, pantas tidak pantas, boleh dan tidak, yang ujungnya adalah imbal balik bahwa jika kamu baik, maka tidak akan ada kesedihan, apakah saat hidup maupun ketika mati kelak. 

Karena ada balasan yang menanti, maka manusia mengikuti dan menaati dogma tersebut tanpa harus mengobervasinya. Mundur lagi jauh kebelakangnya, pada ratusan ribu tahun lalu, justru konsep dogma dengan aturan baku itu sebenarnya tidak ada sama sekali. Faktanya, keseimbangan tetap terjaga.

Segala sesuatu yang berkaitan dengan dogma mulai berubah ketika revolusi pertama terjadi, yaitu revolusi kognitif. Saat itu beberapa gelintir manusia mulai berpikir bahwa dogma dengan alam beserta fakta yang ada mulai tidak berkesesuaian. Dengan nalar keilmuannya manusia mulai mempertanyakan proses yang terjadi di alam dan setiap terjadi permasalahan. 

Muncullah  observasi-observasi. Mulai Thales 624-546 SM, dan Socrates 470-339 SM, Plato, dan ditajamkan lagi oleh Aristoteles yang mengenalkan istilah, informasi, relasi, individu, substansi, materi, esensi dan sebagainya. 

Aristoteles mengatakan bahwa, manusia adalah makhluk sosial, setiap pernyataan harus dibuktikan kebenarannya, bahwa kunci pengetahuan adalah logika, dan dasar pengetahuan adalah fakta (Bertens, 1993: 137, 139). Tapi hal ini menurut saya terbatas hanya pada pemikiran-pemikiran dan hipotesa-hipotesa saja.  Belum sampai kepada tahap-tahap pengujian.

Kemudian Hippocrates pada abad ke-4 SM, seorang Yunani mulai meletakkan dasar-dasar disiplin ilmu pengobatan dan memperkenalkan pemakaian garam-garam logam untuk berbagai macam gangguan kesehatan.

Dalam perkembangannya, temuan-temuan besar beralih ke ilmuwan-ilmuwan modern yang observasinya tidak hanya sebatas pada pemikiran dan hipotesa, tapi disertai dengan pengujian, riset-riset, penggunaan alat-alat, juga rumus-rumus perhitungan matematika untuk mendapatkan akurasi hasil penelitan.

Selanjutnya pada kisaran tahun 1400-1600-an, saat ilmuwan besar seperti Copernicus, Galileo, Newton, dan ilmuwan-ilmuwan modern lain mengobservasi dunia hingga saat ini. Bahkan Copernicus dan Galileo yang mengamati planet-planet di luar bumi, tidak pernah membayangkan jika pada akhirnya ilmuwan-ilmuwan penerus mereka berhasil mendaratkan manusia dan wahananya ke planet-planet yang dulu hanya bisa mereka amati dari bumi dengan teleskop.

Hingga, pada 1665-1666 terjadilah wabah besar di London yang disebabkan oleh Yersinia pestis. Sebuah bakteri yang terkait dengan wabah-wabah sebelumnya yang membuat penduduk harus terkurung di rumah seperti PPKM saat ini. Masa-masa work from home ketika itu malah menjadi waktu produktif bagi Isaac Newton dalam pengembangan ilmu optik dan cahaya, kalkulus, serta hukum gerak dan gravitasi. 

Berada di rumah saat wabah tampaknya malah membuat Newton semakin kreatif. Ia mencoba memecahkan soal-soal matematika dan ilmu gravitasi tentang jatuhnya sebuah benda dari atas ke bawah.

Jika temuan Copernicus dan Galileo ternyata 'kebetulan menggugat' dogma karena menemukan fakta bahwa bumi lah yang mengelilingi matahari. Maka Newton dengan eksprimennya 'meluruskan', bahwa benda jatuh itu bukan karena kehendak sesuatu, tapi karena adanya hukum gravitasi. 

Bedanya cocokologi dengan hipotesa santifik adalah adanya metodologi yang bisa diuji. Misalnya, sampai saat ini tidak pernah ada bukti keberadaan Zeus yang katanya dewa pembuat kilat. Lalu metode saintifik pada tahun 1840 yang dilakukan William Thomson justru membuktikan bahwa kilat adalah peristiwa alam biasa berupa lonjakan listrik akibat proses elektrifikasi alamiah keberadaan partikel air di udara atau yang kita lihat sebagai awan. Sebenarnya sains tidak pernah bertujuan membahas keberadaan Zeus, tapi temuan saintifik membuat kita memahami kilat terjadi tanpa adanya Zeus.

Ringkasnya, dogma dan temuan faktual yang terjadi pada manusia itu bisa berubah mengikuti kondisi kebutuhan zaman. Ia bisa dikoreksi atau revisi menyesuaikan kebutuhan tadi. Yang jadi pertanyaan, mungkinkah ada saatnya dogma tidak bisa mengikuti perkembangan sains? 

Misalnya, apa yang terjadi ketika suatu waktu nanti sains berhasil meng-upload nyawa orang mati yang menjadi domainnya Pencipta dan Pengatur dunia, yang saat ini tengah masif dikembangkan oleh ilmuwan google dan ahli saraf Amerika?

Yang pasti, penghukuman terhadap ilmuwan seperti Galileo pada masa lalu yang sampai mati dipenjara, dan temuannya dianggap menyelisihi Kitab dan Alkitab (nama Galileo baru direhabilitasi oleh Vatikan semenjak 100 tahun setelah kematiannya) tampaknya akan sulit terjadi pada masa depan. Karena rata-rata logika dan literasi manusia sudah mencapai tahap sempurna untuk mengobservasi temuan sains. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun