Mohon tunggu...
Muhammad HakamArsyad
Muhammad HakamArsyad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tanggung Jawab terhadap Diri Sendiri

3 Desember 2023   13:08 Diperbarui: 3 Desember 2023   14:27 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.smkplusbanimuchtarrancaekek.sch.id

Dalam konteks akhlak tasawuf, tanggung jawab terhadap diri sendiri memiliki peran penting dalam perjalanan spiritual dan pencarian kebenaran. Akhlak tasawuf mengajarkan prinsip-prinsip moral dan etika yang membimbing individu menuju kesadaran spiritual dan hubungan yang lebih mendalam dengan Tuhan. Berikut adalah beberapa konsep tanggung jawab terhadap diri sendiri menurut akhlak tasawuf:

  1. Taubat (Pembenaran Diri): Tasawuf menekankan pentingnya taubat atau pembenaran diri sebagai langkah pertama dalam perjalanan spiritual. Individu diharapkan untuk secara tulus memperbaiki kesalahan dan dosa-dosa mereka, serta bersikap rendah hati dalam menghadapi kekurangan diri.

  2. Mujahadah (Perjuangan Diri): Konsep mujahadah dalam tasawuf merujuk pada perjuangan diri untuk mengatasi hawa nafsu dan kecenderungan negatif. Ini melibatkan usaha yang konsisten untuk membentuk karakter dan sikap yang lebih baik.

  3. Muraqabah (Pengawasan Diri): Muraqabah adalah kesadaran diri yang konstan terhadap tindakan dan pikiran seseorang. Individu diajarkan untuk selalu memantau perilaku mereka sendiri dan memastikan bahwa mereka sesuai dengan prinsip-prinsip moral dan etika tasawuf.

  4. Istiqamah (Keteguhan): Tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam tasawuf juga mencakup istiqamah, yaitu keteguhan dalam menjalani ajaran-ajaran spiritual. Ini berarti tetap berkomitmen terhadap perjalanan spiritual meskipun dihadapkan pada cobaan dan tantangan.

  5. Sabar (Kesabaran): Kesabaran adalah nilai penting dalam akhlak tasawuf. Individu diajarkan untuk bersabar dalam menghadapi ujian hidup, kesulitan, dan godaan hawa nafsu. Kesabaran ini membantu mereka menjaga keteguhan dan konsistensi dalam melaksanakan ajaran tasawuf.

  6. Ikhtiar (Usaha): Meskipun tasawuf menekankan ketergantungan pada Tuhan, individu juga diharapkan untuk melakukan usaha maksimal dalam mencapai kesempurnaan spiritual. Ini mencakup berbagai praktik spiritual seperti dzikir, meditasi, dan amalan kebajikan.

Tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam akhlak tasawuf bukan hanya sebatas menjalankan kewajiban ritual, tetapi juga mencakup transformasi internal menuju kebaikan dan kesempurnaan moral. Ini adalah suatu usaha yang berkelanjutan dan membutuhkan kesadaran diri yang mendalam serta komitmen yang kuat terhadap prinsip-prinsip spiritual.

Menempuh jalan pintas dalam mencari pekerjaan dan menduduki jabatan tidak hanya menjauhkan dirinya dari Allah, tetapi juga mende- katkan dirinya kepada kehidupan kotor karena berbagai fasilitas dan peng- hasilan yang diperolehnya hanya berkisar di antara haram atau syubhat sehingga jauh dari keberkahan, bahkan menjadi penyebab dirinya terhalang dari cahaya Allah.

Keteguhan hati muncul dari kesadaran bahwa kehidupan yang singkat ini merupakan modal sangat berharga untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Oleh sebab itu, kehidupan ini jangan dikotori oleh cara-cara yang tidak terpuji. Seluruh potensi yang kita miliki sudah seharusnya di- optimalkan untuk memelihara kesucian diri dan kelurusan dalarm bekerja dengan memegang teguh amanah yang dipercayakan kepada kita dengan mengambil sikap warak (berhati-hati) agar penghasilan kita yang dibawa pulang ke rumah benar-benar bersih dari segala unsur haram, syubhat, atau makruh dan memastikan uang yang dibawa pulang benar-benar halal dan tayib dari hasil pekerjaan yang berkah. Orang beriman yang memiliki keteguhan hati memegang teguh dan meresapkan firman Allah dalam Q.S. Al-Ma'idah [5]: 100

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَسْــئَلُوْا عَنْ اَشْيَآءَ اِنْ تُبْدَ لَـكُمْ تَسُؤْكُمْ ۚ وَاِ نْ تَسْـئَـلُوْا عَنْهَا حِيْنَ يُنَزَّلُ الْقُرْاٰ نُ تُبْدَ لَـكُمْ ۗ عَفَا اللّٰهُ عَنْهَا ۗ وَا للّٰهُ غَفُوْرٌ حَلِيْمٌ

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun