Mohon tunggu...
Inovasi

Mengantisipasi Bencana Longsor tanpa Mengurangi Kepercayaan Masyarakat

1 Desember 2016   23:27 Diperbarui: 2 Desember 2016   00:00 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Indonesia berada dalam wilayah ring of fire (Lingkaran Api Pasifik) yakni menjadi daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi. Indonesia sendiri memiliki kurang lebih 127 gunung aktif, yang berpotensi memicu gempa. Di daerah dataran tinggi gempa ini biasanya diikuti dengan bencana yang lebih membuat kerusakan, yakni bencana longsor. Di tahun 2015 sudah tercatat 125 bencana longsor terjadi di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia rentan akan bencana tanah longsor.

      Dewasa ini, sudah cukup banyak alat pendeteksi bencana longsor guna mengurangi jumlah korban jiwa akibat bencana longsor. Akan tetapi, dalam praktiknya output dari alat sensor yang digunakan, masih kurang merepresentasikan keterjadian sebuah bencana longsor. Sehingga masyarakat  cenderung tidak percaya akan alat deteksi bencana yang terpasang di daerahnya. Selain itu, alat deteksi bencana yang ada sekarang bergantung pada arus listrik yang dialirkan PLN. Akan berbahaya sekali apabila bencana terjadi pada saat kabel listrik terputus.

      Kebanyakan alat deteksi bencana yang dipasang menjalankan fungsinya tanpa ada pengawasan dari pihak ketiga. Padahal dinamisnya alam akan mempengaruhi pembacaan dari sensor alat deteksi bencana tersebut. Sehingga terkadang alat deteksi sensor mengirimkan sinyal bahaya padahal dalam situasi yang tidak terlalu berbahaya. Untuk itu diperlukan suatu sistem yang mengakomodasi pengawasan kinerja alat deteksi bencana longsor guna menjaga kerpercayaan masyarakat sekaligus menjadi tindakan preventif bencana yang efektif. Dalam kaitannya dengan daya yang dibutuhkan alat deteksi bencana longsor diperlukan inovasi seperti dengan memakai panel surya atau baterai rechargeable.

            Monitoring dan interpretasi data dari sensor yang digunakan perlu dilakukan untuk meningkatkan tingkat kepercayaan dari masyarakat.  Diperlukan sebuah sensor dengan sistem tersusun atas komponen utama dan komponen pendukung alat lapangan yang terintegrasi dengan internet sehingga dapat dimonitoring secara real time baik dengan menggunakan komputer ataupun dengan handphone. Dan sensor juga perlu menggunakan daya baterai rechargeable berbasis panel surya.

           Pada umumnya sensor yang sering digunakan memanfaatkan resistansi dari pergeseran potensiometer tanpa adanya basis data referensi. Oleh karenanya dibutuhkan data referensi yang jelas sehingga input dari sensor yang digunakan dapat diolah lalu dibandingkan dengan data referensi. Kemudian dari data tersebut disesuaikan data dengan kemungkinan terjadinya longsor, sehingga dapat ditentukan status siaga, awas, atau bahaya kepada masyarakat sejak dini. Sangat penting untuk membedakan jenis keruntuhan berdasarkan kecepatan gerakan lereng. Masyarakat pun jadi semakin percaya dan punya tindakan yang jelas sesuai dengan status yang dioutpukan oleh sensor.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun