4 Wisata Hutan Mangrove di Kabupaten Nunukan, 2 Dikelola oleh BumDes, 1 oleh Kelurahan dan 1 oleh PokmaswasÂ
Bagus sekali kalau wisata hutan mangrove di Nunukan dikelola oleh BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). Ini berarti pengelolaan wisata mangrove melibatkan masyarakat lokal secara langsung, yang bisa membawa banyak manfaat dibandingkan jika hanya dikelola oleh pemerintah daerah atau swasta.
Keuntungan Pengelolaan Wisata Mangrove oleh BUMDes
-
Pemberdayaan Masyarakat Lokal
- Dengan BUMDes sebagai pengelola, masyarakat desa mendapatkan manfaat ekonomi langsung, misalnya dengan menjadi pemandu wisata, penyedia perahu wisata, atau penjual produk lokal.
- Lapangan pekerjaan baru bisa terbuka, terutama bagi pemuda desa yang mungkin sebelumnya kesulitan mendapatkan pekerjaan.
Keuntungan Ekonomi Kembali ke Desa
- Pendapatan dari wisata mangrove tidak hanya menguntungkan individu, tetapi bisa digunakan untuk membangun infrastruktur desa, seperti jalan, sekolah, atau fasilitas umum lainnya.
- Keuntungan dari wisata bisa dialokasikan untuk konservasi Bekantan dan hutan mangrove, misalnya dengan program reboisasi atau patroli pengawasan lingkungan.
Konservasi yang Lebih Berkelanjutan
- Karena dikelola oleh masyarakat desa sendiri, biasanya ada rasa memiliki yang lebih kuat, sehingga mereka lebih peduli dalam menjaga hutan mangrove agar tetap lestari.
- BUMDes bisa menerapkan aturan lokal yang sesuai dengan kebutuhan desa, misalnya batasan jumlah wisatawan atau larangan membuang sampah sembarangan.
Wisata Berbasis Kearifan Lokal
- Pengelolaan oleh BUMDes memungkinkan adanya penguatan budaya lokal, misalnya dengan menyelipkan cerita rakyat, legenda setempat, atau cara tradisional masyarakat dalam berinteraksi dengan hutan mangrove.
- Wisatawan juga bisa dikenalkan dengan kegiatan khas masyarakat pesisir, seperti menangkap kepiting bakau atau membuat produk berbahan dasar mangrove.
Tantangan yang Perlu Diatasi
Meskipun banyak manfaatnya, pengelolaan oleh BUMDes juga memiliki tantangan, antara lain:
- Kapasitas Manajemen yang Perlu Ditingkatkan
- Tidak semua BUMDes memiliki pengalaman dalam mengelola wisata, sehingga pelatihan dalam manajemen ekowisata sangat penting.
- Modal dan Infrastruktur yang Terbatas
- BUMDes sering menghadapi keterbatasan modal untuk mengembangkan fasilitas wisata, seperti membangun jembatan kayu, tempat istirahat, atau sarana edukasi.
- Persaingan dengan Wisata Lain
- Jika promosi kurang maksimal, wisata hutan mangrove bisa kalah saing dengan destinasi lain yang lebih terkenal. Oleh karena itu, pemasaran digital, media sosial, dan kerja sama dengan agen wisata sangat diperlukan.
Kesimpulan
BUMDes sebagai pengelola wisata hutan mangrove di Nunukan adalah langkah yang tepat dan strategis karena melibatkan masyarakat lokal, meningkatkan ekonomi desa, dan menjaga konservasi Bekantan. Namun, untuk keberlanjutan jangka panjang, pendampingan dalam manajemen wisata, pelatihan SDM, serta dukungan infrastruktur dan pemasaran sangat penting.
Menurut Anda, apakah BUMDes di Nunukan sudah mendapatkan dukungan yang cukup dari pemerintah atau ada kendala yang masih perlu diatasi?
Alhamdulillah, kalau ada dukungan dari berbagai pihak seperti Pemerintah Daerah, Pemerintah Provinsi, dinas terkait, dan CSR perusahaan, ini berarti pengelolaan wisata mangrove oleh BUMDes di Nunukan sudah berada di jalur yang tepat.
Dampak Positif dari Dukungan Pemerintah dan CSR
Peningkatan Infrastruktur Wisata
- Bantuan dari pemerintah dan CSR bisa digunakan untuk membangun jalur wisata yang lebih baik, seperti jembatan kayu, gazebo, menara pengamatan Bekantan, atau fasilitas edukasi.
- Akses menuju lokasi wisata juga bisa diperbaiki, misalnya jalan menuju hutan mangrove dibuat lebih nyaman bagi wisatawan.
Peningkatan SDM dan Kapasitas Manajemen
- Pelatihan untuk pengelola BUMDes sangat penting agar mereka bisa mengembangkan wisata secara profesional, termasuk dalam manajemen keuangan, pemasaran, dan pelayanan wisatawan.
- Pelatihan untuk pemandu wisata lokal juga bisa ditingkatkan agar mereka bisa memberikan edukasi tentang peran hutan mangrove dan Bekantan dalam ekosistem.
Promosi dan Pemasaran Wisata yang Lebih Luas
- Dengan dukungan dari dinas pariwisata dan CSR, wisata hutan mangrove di Nunukan bisa lebih dikenal, baik di tingkat nasional maupun internasional.
- Digital marketing melalui media sosial, website resmi, atau kerja sama dengan influencer pariwisata dan travel blogger bisa menjadi strategi promosi yang efektif.
Dukungan untuk Konservasi dan Keberlanjutan
- Bantuan dari CSR bisa dialokasikan untuk program konservasi Bekantan, seperti rehabilitasi habitat atau monitoring populasi.
- Program penanaman kembali mangrove juga bisa dilakukan untuk menjaga kelestarian ekosistem jangka panjang.
Langkah Selanjutnya: Mengoptimalkan Dukungan yang Ada
Meskipun sudah ada support dari berbagai pihak, penting untuk memastikan bahwa dukungan tersebut dimanfaatkan secara maksimal dan berkelanjutan. Beberapa langkah yang bisa dilakukan:
- Membuat Rencana Pengembangan Jangka Panjang
- BUMDes bisa menyusun blueprint pengembangan wisata mangrove agar setiap bantuan yang masuk bisa digunakan dengan strategis dan berkelanjutan.
- Memastikan Transparansi dan Akuntabilitas
- Agar program berjalan lancar, perlu ada transparansi dalam penggunaan dana dari pemerintah atau CSR, sehingga kepercayaan semua pihak tetap terjaga.
- Melibatkan Komunitas dan Generasi Muda
- Program wisata bisa melibatkan komunitas lokal dan anak muda, misalnya dengan membuat event lingkungan, program edukasi, atau kegiatan berbasis ekowisata yang menarik bagi wisatawan.
Kesimpulan
Dengan adanya dukungan dari Pemerintah Daerah, Provinsi, dinas terkait, dan CSR perusahaan, peluang untuk mengembangkan wisata hutan mangrove di Nunukan menjadi destinasi ekowisata unggulan sangat besar. Yang terpenting adalah mengelola bantuan ini dengan baik, menjaga keberlanjutan program, dan memastikan masyarakat lokal tetap menjadi bagian utama dari pengelolaan wisata ini.
Apakah BUMDes di Nunukan juga sudah mulai menggunakan strategi digital marketing untuk memperkenalkan wisata mangrove ini lebih luas? Atau masih lebih fokus pada wisatawan lokal?
Itu sudah langkah yang bagus! Facebook, Instagram, dan TikTok memang platform yang efektif untuk promosi wisata hutan mangrove karena bisa menjangkau banyak orang dengan konten visual dan video yang menarik.
Strategi Digital Marketing yang Bisa Ditingkatkan untuk Wisata Mangrove di Nunukan
 Konten di TikTok & Instagram Reels   Konsep pendidikan sejak dini dalam Islam memiliki banyak pedoman yang berasal dari Al-Qur'an dan Hadis.Â
- Video pendek dengan storytelling tentang keindahan hutan mangrove, kehidupan Bekantan, atau pengalaman wisata bisa menarik perhatian lebih banyak orang.
- Gunakan musik yang sedang viral dan hashtag populer seperti #Ekowisata #WisataNunukan #WisataMangrove #VisitIndonesia untuk meningkatkan jangkauan.
- Buat konten edukasi tentang manfaat hutan mangrove dan peran Bekantan dalam ekosistem agar lebih banyak orang tertarik untuk berkunjung.
Kolaborasi dengan Influencer & Travel Blogger
- Undang influencer lokal atau nasional yang fokus pada ekowisata untuk berkunjung dan membagikan pengalaman mereka.
- Bisa juga bekerja sama dengan akun-akun pariwisata Indonesia yang sering membagikan destinasi menarik.
Buat Akun Google My Business
- Banyak wisatawan mencari destinasi lewat Google. Pastikan wisata hutan mangrove muncul di Google Maps dan pencarian dengan membuat akun Google My Business.
- Tambahkan foto, jam operasional, harga tiket, fasilitas, dan ulasan pengunjung agar lebih informatif.
Website atau Blog Sederhana
- Jika memungkinkan, buat website sederhana atau blog yang berisi informasi wisata, rute menuju lokasi, dan artikel menarik tentang Bekantan dan mangrove.
- Website juga bisa digunakan untuk pemesanan tiket online agar lebih mudah bagi wisatawan.
Promosi Melalui Facebook Ads & TikTok Ads
- Gunakan sedikit anggaran untuk memasang iklan Facebook dan TikTok yang menargetkan orang-orang yang suka berwisata alam.
- Targetkan audiens dari Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, hingga wisatawan dari kota besar seperti Jakarta dan Surabaya yang tertarik dengan ekowisata.
Saat ini BUMDes di Nunukan sudah menggunakan Facebook, Instagram, dan TikTok, tapi bisa lebih dioptimalkan dengan strategi yang lebih terarah, seperti video storytelling, kerja sama dengan influencer, pemanfaatan Google My Business, dan promosi digital yang lebih luas.
Apakah sejauh ini sudah ada wisatawan dari luar Kalimantan yang tertarik berkunjung ke wisata mangrove di Nunukan?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI