Mohon tunggu...
Dian Kusumanto
Dian Kusumanto Mohon Tunggu... Warga Perbatasan

Berbagi Inspirasi dari Batas Negeri

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Kisah Berandal Lokajaya : Raden Sahid, Putra Adipati Tuban yang Menjadi Sunan Kalijaga

10 Februari 2025   15:45 Diperbarui: 10 Februari 2025   15:45 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena aksi-aksinya, nama Berandal Lokajaya semakin dikenal dan ditakuti oleh para pejabat Majapahit. Pasukan kerajaan beberapa kali mencoba menangkapnya, tetapi selalu gagal.

3. Pertemuan dengan Sunan Bonang: Awal Transformasi

Suatu hari, Raden Sahid mendengar tentang Sunan Bonang, seorang wali terkenal yang menyebarkan Islam di pesisir utara Jawa. Ia tertarik dan mencoba menguji kesaktian Sunan Bonang.

Dalam satu versi kisah, Raden Sahid mencoba merampok Sunan Bonang yang sedang melintas di daerahnya. Namun, Sunan Bonang tetap tenang dan menghentikan Raden Sahid hanya dengan seutas tasbih.

Dalam versi lain, Raden Sahid melihat Sunan Bonang bermain gamelan dan mengajarkan Islam melalui seni. Ia terpikat dengan ajaran Islam yang berbeda dari yang ia bayangkan sebelumnya.

Sunan Bonang lalu memberi syarat kepada Raden Sahid jika ingin berguru kepadanya:

"Jika kau ingin ilmu sejati, pergilah ke sungai dan tunggulah di sana sampai aku datang kembali."

Raden Sahid pun menurut dan pergi ke sungai. Ia duduk bermeditasi di tepian sungai selama bertahun-tahun, hingga tubuhnya tertutup lumut dan disebut sebagai "Kalijaga" (penjaga sungai).

4. Menjadi Sunan Kalijaga: Wali yang Fleksibel dan Berjiwa Seni

Setelah bertahun-tahun menjalani laku spiritual, Sunan Bonang akhirnya datang dan mengajarkan ilmu Islam kepada Raden Sahid. Ia diberi nama baru: Sunan Kalijaga.

Berbeda dengan wali lainnya yang menyebarkan Islam dengan cara formal, Sunan Kalijaga memilih metode yang lebih fleksibel, akomodatif, dan penuh seni. Ia memahami bahwa Islam tidak bisa dipaksakan, melainkan harus disampaikan dengan cara yang bisa diterima masyarakat Jawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun