Sejarah Pelabuhan Tuban dan Masuknya Para Wali ke Tanah Jawa
1. Tuban sebagai Pelabuhan Penting di Masa Lalu
Tuban, yang kini berada di pesisir utara Jawa Timur, pernah menjadi salah satu pelabuhan utama di Nusantara pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha hingga era Islam. Keberadaan pelabuhan ini sangat strategis karena terletak di jalur perdagangan internasional, menghubungkan Nusantara dengan India, Timur Tengah, dan Tiongkok.
Pada masa Kerajaan Majapahit (1293--1527 M), Tuban menjadi pelabuhan utama setelah Surabaya dan Gresik. Catatan sejarah menunjukkan bahwa pelabuhan ini menjadi pusat perdagangan rempah-rempah, kain, emas, dan berbagai barang mewah yang dibawa oleh para pedagang asing. Kejayaan Tuban sebagai pelabuhan tercermin dalam kitab Negarakertagama (1365 M) karya Mpu Prapanca, yang menyebut Tuban sebagai wilayah penting dalam kekuasaan Majapahit.
2. Masuknya Islam dan Peran Para Wali di Tuban
Tuban tidak hanya berperan dalam perdagangan, tetapi juga dalam penyebaran agama Islam. Sejak abad ke-14, pelabuhan ini menjadi salah satu pintu masuk utama bagi para saudagar Muslim dari Gujarat, Persia, dan Arab yang membawa ajaran Islam.
Di antara para wali dan tokoh Islam yang memiliki peran besar di Tuban adalah:
Sunan Bonang (Raden Maulana Makdum Ibrahim)
- Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel dan dikenal sebagai salah satu Wali Songo.
- Beliau berdakwah di wilayah pesisir utara Jawa, termasuk Tuban, menggunakan pendekatan budaya seperti kesenian dan gamelan.
- Pesantrennya di Tuban menjadi pusat pendidikan Islam dan banyak mencetak ulama-ulama besar.
Ibrahim Asmarakandi
- Ulama asal Samarkand (Asia Tengah) yang diyakini sebagai ayah Sunan Ampel.
- Dimakamkan di Tuban dan dianggap sebagai salah satu tokoh yang membuka jalan bagi Islamisasi Jawa.
Sunan Kalijaga (Raden Said)
- Meski lebih banyak berdakwah di Demak dan Cirebon, Sunan Kalijaga juga memiliki pengaruh di Tuban.
- Beliau dikenal dengan metode dakwahnya yang akomodatif terhadap budaya lokal, seperti wayang dan tembang-tembang Jawa.