Mohon tunggu...
Ahmad Syaihu
Ahmad Syaihu Mohon Tunggu... Guru - Guru di MTsN 4 Kota Surabaya sejak tahun 2001
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Suka membaca dan menulis apa saja untuk dibagikan kepada orang lain dengan harapan bisa memahami dan mengerti kalau mau menerapkan apa yang ditulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kehilangan (Pentigraf)

10 Oktober 2022   11:06 Diperbarui: 10 Oktober 2022   11:26 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku kumpulan cerpen karya penulis Atas Nama Takdir (dokpri)

Kebiasaan Andi mengantar istrinya setiap dua hari ke pasar tradisional yang ada di kecamatan, belanja sekalian untuk keburuhan sepekan selalu dilakukan Andi dengan Anisa istrinya, dengan membawa jinjingan sayur-mayur dan daging, Andi menuju tempat kos-kosan tapi dirinya panik karena dari kejauhan nampak nyala api dari lokasi kos-kosan yang selama tiga tahun terakhir ditempati bersama dua buah hatimya. Aku hanya melihat sepintas. Tidak ada waktu untuk berpikir panjang. Tidak ada penghuni duduk-duduk semuanya bekerja memadamkan api yang mulai membesar karena rumah kos-kosan terbuat dari kayu dan triplek. Aku teringat pada Siska dan Rahman yang masih tertidur saat kutinggal mengantar istri ke pasa pagi tadi.

Pikiran panik dan takut akan terjadi pada kedua buah hatinya, Andi mencoba menuju kamar kos-kosan yang terletak paling ujung dari dua belas petak kos-kosan milik Haji Sabar yang dikenal sebagai juragan kos-kosan di desa itu. "Pak Haji bagaimana dengan kedua anak saya?". tanya Andi saat bertemu pemilik kos-kosan di dekat kos-kosan yang makin membara karena api makin membesar dan mulai menghanguskan sebagian bangunan yang dihuni oleh para pekerja di sekitar kecamatan. "Sabar Pak guru tetangga kamar tadi rupanya sudah membangunkan kedua anak bapak, tapi saya juga belum tahu di mana Siska dan Rahman berada", jawab Pak Haji sambil sambil menenangkan Andi.

Akhirnya setelah satu jam dilahap si jago merah akhirnya kos-kosan itu rata dengan tanah, sementara dari jauh suara sirine mobil PMK baru datang, langsung menyemprotkan air dan busa untuk memadamkan api yang sebanarnya sudah mulai berkurang, karena sudah tidak ada barang yang dibakar. Andi dan Anisa tertunduk sambil duduk di beranda rumah Pak Haji bersama korban kebakaran lainnya. Anisa tak henti-hentinya menangis sambil memanggil nama kedua anaknya. "Siska, Rahman , Siska Rahman, Siska Rahman, " sampai habis suaranya. Tak lama berselang kedua putrinya berlarian dari dalam rumah Pak Haji kemudian memeluk ibunya yang sudah hampir pingsan di dekapan Andi.

*****

Madrasahku, 10-10-2022


Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun