Perjalanan hidup seseorang sering kali dipenuhi berbagai pengalaman, dari yang menyenangkan hingga yang menyedihkan. Pengalaman-pengalaman itu bisa membentuk kekuatan dalam diri dan menjadi inspirasi bagi banyak orang. Perjalanan hidup seseorang seringkali memiliki pengalaman-pengalaman unik, seperti halnya Sarah Abdurrohmah, Lc.
Saya dan teman-teman di AABS biasa memanggilnya dengan Ustadzah Sarah. Beliau berasal dari Kota Bandung. Meski Ustadzah Sarah sudah berkepala empat, penampilannya masih terlihat awet muda, sampai-sampai orang bisa mengira beliau belum menikah lho.
Berbicara tentang perjalanan hidup Ustadzah Sarah memang tak akan ada habisnya. Namun jika dilihat dari sisi kariernya ternyata sebelum bekerja di AABS, beliau pernah bekerja menjadi dosen di Universitas Al Imarat, Bandung. Namun, Ustadzah Sarah memilih resign dan bekerja di AABS sebagai guru. Keputusan ini mungkin terdengar tidak biasa bagi sebagian orang, mengingat pola pikir beliau yang cukup unik. Beliau menjelaskan,
“Merasa lebih menarik untuk bekerja di AABS, karena harus mengajari orang yang tak mau belajar. Beda dengan di universitas yang semua muridnya memang berfokus untuk belajar,”
“Lebih terkenang itu anak yang nakal-nakal, karena lebih banyak interaksinya. Untuk menghilangkan budaya yang bisa disebut ‘nakal’ itu, harus serentak serta dengan komunikasi.” Tambahnya.
Jauh sebelum Ustadzah Sarah menjadi dosen ataupun guru di AABS, ternyata semasa kecilnya beliau pernah dipukul guru. Kejadian itu saat Beliau masih duduk di bangku SMP. Ustadzah Sarah mengaku pernah dipukul menggunakan buku agenda tebal, penghapus papan tulis, bahkan tangan. Walau sering dipukul, namun itu tidak memadamkan semangat belajar ustadzah lho. Keren!
Terbukti saat Ustadzah Sarah naik ke jenjang SMA, prestasi beliau meningkat. Bahkan beliau juga termasuk siswa yang aktif berorganisasi. Menurutnya dengan berorganisasi banyak mendapatkan pengalaman berharga. Nah sejak di SMA ini, Ustadzah Sarah mempunyai cita-cita kuliah di Universitas Al Azhar, Cairo, Mesir dengan Jurusan Ushuludin.
Kira-kira apa ya yang menjadi motivasi beliau untuk kuliah di Mesir?
Ternyata, beliau ingin bertemu seorang ulama yang tinggal di Mesir, bernama Yusuf Qardhawi. Dengan tekad yang kuat, berbekal ijazah Muadalah, serta pengalaman-pengalaman yang didapatkannya dahulu, Ustadzah Sarah pun mencapai impiannya kuliah di Negeri Piramida. “Ada perkataan bahwa ‘Cairo atau Mesir jika kalian tidak menaklukannya, berarti kalian yang akan ditaklukkan.’” Terang ustadzah. Tidak hanya belajar seputar fakultasnya, namun beliau juga menghafal Al-Qur’an. MasyaAllah!
Hidup di Mesir memang keras, namun Ustadzah Sarah tetap pantang menyerah. Beliau selalu memberanikan diri untuk menghadapi persoalan masalah yang datang setiap hari. Beliau selalu bersabar atas ujian yang Allah timpakan kepadanya. Dengan ujian-ujian tersebut, hatinya menjadi lebih kokoh dan tahan banting, serta memperluas pemahamannya tentang dunia ini.