Second Male Lead Syndrome: Saat Kita Nggak Terima Female Lead Akhirnya Memilih Male Lead

Di beberapa film atau drama, second male lead digambarkan sebagai seseorang yang memberikan perhatian secara sembunyi-sembunyi. Dia akan memperhatikan female lead dari jauh dan memastikan si tokoh utama wanita baik-baik saja. Dia juga akan membantu menyelesaikan masalah female lead tanpa diketahui oleh yang bersangkutan. Pokoknya dia sering memberikan detail perhatian kecil tanpa female lead menyadarinya.

Sebenarnya penonton juga harus mau mengaku, kalau perasaan kasihan membuat mereka mengaminkan kebersamaan second male lead dan female lead. Perjuangan second male lead rasa-rasanya lebih banyak dan lebih sungguh-sungguh di sepanjang cerita. Kalau perjuangan itu akhirnya nggak membuahkan hasil, penonton juga akan turut merasakan efek ngenes dari situasi tersebut.

Tapi di luar alasan-alasan di atas, alasan yang sebenarnya adalah karena kita semua second lead di kehidupan masing-masing. Kita boleh jadi sedang memerankan second male lead atau second female lead di kehidupan nyata. Kita merasa relate pada tokoh yang digambarkan begitu tulus menunjukkan perasaannya, sayangnya selalu mendapatkan penolakan. Hal-hal tersebut lebih terasa nyata dibandingkan dengan nasib male lead yang hampir selalu berhasil mendapatkan seseorang yang dia inginkan.

Ditambah karakter second male lead yang dibangun dengan beberapa kekurangan di sana-sini dan harapan-harapannya yang jarang terwujud membuat penonton semakin memahami perasaannya. Penonton akan tidak simpatik terhadap male- lead yang digambarkan sebagai sosok sempurna dan perfeksionis dalam segala hal. 

Ya, sederhananya second male lead diam-diam memang mengambil hati penonton dengan berbagai alasan. Tetapi sayangnya female lead tetap nggak bisa melihat ketulusan perasaan second male lead. Memang, nasibnya dituliskan semenyedihkan itu.