Hal yang dibahas pada bab ini menurut saya sangat menarik karena penulis memiliki pemikiran yang tidak biasa mengenai musibah dan ujian yang mana bagi kebanyakan orang musibah dan ujian hanya membawa kerugian dan berharap tidak mengalaminya. Namun, penulis dapat menemukan peluang yang ada pada musibah dan ujian sehingga kita dapat meniru pemikiran penulis tentang bagaimana menanggapi musibah dan ujian.
        Pada awalnya penulis mulai menjelaskan bagaimana cara untuk mengubah musibah dan ujian menjadi peluang yang kemudian dilanjutkan dengan pembahasan tentang jangan takut dengan sebuah kegagalan yang dilanjutkan dengan opini penulis yang meyakinkan bahwa setelah kesulitan, pasti datang kemudahan.
        Kemudian pada 3 sub-bab terakhir, penulis memulai dengan menjelaskan apa yang dimaksud excusitis. Excusitis merupakan penyakit kegagalan, dengan mecari-cari alasan (excuse) atas ketidakberhasilan. Penyakit ini muncul sebelum dan ketika seseorang gagal melakukan perencanaan dan melaksanakan tugasnya secara baik.
        Excusitis sendiri secara umum dibagi menjadi 4 jenis. Pertama, excusitis kesehatan, yaitu ketika seseorang yang gagal dalam melaksanakan dan menerima tugas, serta tanggung jawab, lalu membela diri dengan alasan kesehatan yang kurang baik.
        Kedua, excusitis intelegensi, yaitu merasa tidak cerdas. Berbeda dengan jenis yang lainnya, orang-orang yang mengidap penyakit ini menderita secara diam-diam. Tidak banyak orang yang terus-terang mengakui bahwa mereka tidak begitu intelektual
        Ketiga, excusitis umur, yaitu menganggap factor umur sebagai penyebab kegagalan. Biasanya, ada 2 macam alasan yang biasa dikemukakan pengidap excusitis umur ini, yakni sudah terlalu tua atau karena terlalu muda. Padahal, semestinya umur tidak menghambar seseorang untuk berkarya
        Keempat, excusitis nasib, yaitu menganggap "karena nasib buruk" sebagai penyebab kegagalan. Padahal, rencana yang baik dan tugas yang berhasil tidak memerlukan "nasib baik" untuk mewujudkannya.
        Kemudian pada sub bab selanjutnya, penulis mulai menjelaskan tentang bagaimana cara dan mengapa kita harus menenangkan hati. Menurut saya, penulis menuliskan topik bahasan ini dengan sangat baik sehingga saya sebagai pembaca dapat memahami topik yang dibahas.
        Pada sub-bab akhir dari bab ketiga ini, penulis mulai menyampaikan motivasi dan bagaimana cara meyakini diri sendiri bahwa kita pasti bisa mengubah musibah dan ujian menjadi peluang. Penulis menjabarkan beberapa poin yang intinya cara menghadapi musibah dan ujian adalah dengan sabar.
        Pada bab terakhir buku ini penulis menjabarkan tentang "Berhentilah menyia-nyiakan hidup" yang menurut saya banyak orang yang melakukan hal tersebut. Pada bab 4 ini juga terdapat sub-bab jauh lebih banyak daripada bab-bab sebelumnya, yakni terdapat 13 sub-bab.
        Penulis membuka bab terakhir ini dengan mebahas topis "Ah, itu masa lalu, kok!" yang menjelaskan bahwa kita tidak boleh membiarkan hidup menjadi menderita hanya karena persoalan di masa lalu. Masa lalu dan kesalahan-kesalahan yang dulu pernah kita perbuat biarlah menjadi catatan dalam lembaran- lembaran lama.