Pada 8 November yang lalu, untuk pertama kalinya perhelatan berskala internasional Tour de Singkarak melalui etape barunya. Etape ke-7 dan ke-8 tersebut melewati sebagian besar wilayah kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh.
Untuk etape ke-7, para pembalap sepeda yang berasal dari 25 negara itu, memulai perlombaan di titik start yang berada di kawasan wisata Air Terjun Telun Berasap, Kayu Aro dan berakhir di Sanggaran Agung, Dermaga Danau Kerinci.Â
Kerinci merupakan etape baru yang memukau sekaligus menantang bagi para pebalap. Di sepanjang perjalanan, mereka disuguhi oleh panorama alam yang indah seperti hamparan kebun teh di bawah kaki Gunung Kerinci, pemandangan hamparan persawahan hingga danau Kerinci. Namun di sisi lain, mereka harus melewati jalur yang susah ditebak, tanjakan dan turunan berkelok telah menguras banyak energi pembalap.
Tak hanya itu, guna menyukseskan ajang  yang pertama kali di Kerinci ini, pemerintah daerah mewajibkan penampilan seni dan budaya tradisi masyarakat Kerinci di titik strategis sepanjang jalur yang dilewati pembalap. Penampilan seni tradisi ini sekaligus sebagai promosi wisata kabupaten Kerinci ke dunia internasional.
Salah satu tradisi Kerinci yang ikut ambil bagian dalam acara ini adalah tradisi Ngadu Tanduk yang berasal dari Desa Siulak Panjang, Kec. Siulak.Â
Mengenal Tradisi Ngadu Tanduk
Ngadu berasal dari kata mengadu, sedangkan tanduk merujuk kepada tanduk kerbau karena salah satu properti yang digunakan seperti tanduk kerbau.Â
Tanduk yang digunakan dalam tradisi ini terbuat dari bambu dengan panjang sekitar 2 meter. Bambu yang dibentuk seperti tanduk ini kemudian dibungkus menggunakan kain berwarna hitam, terkadang juga ditambah dengan kain berwarna merah, putih dan kuning agar semakin menarik bentuknya.
Di kedua ujung tanduk ditaruh "rumbai-rumbai" yakni potongan-potongan kain  sebagai penghias serta giring-giring yaitu lonceng-lonceng kecil.