Mohon tunggu...
Miftakhul Hafidz Sidiq
Miftakhul Hafidz Sidiq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ordinary Learner

Menulis untuk merefleksikan diri terhadap apa yang Saya pikirkan, komentari tulisan Saya agar terpercik api ide sehingga memberi dinamika ide yang menarik.

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama Pilihan

Bunuh Diri dengan Erosi

29 Agustus 2022   19:34 Diperbarui: 29 Agustus 2022   19:47 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanah yang mengalami erosi (sumber: pexels.com/Ramon Perucho)

Seperti yang sudah Kita tahu bahwa tanah secara alami dapat berpindah tempat, bukan karena tanah tersebut memiliki kaki sehingga berjalan sendiri, namun mereka berpindah tempat akibat adanya gaya dari luar seperti angin, air, maupun es. Hal tersebut kemudian Kita sebut sebagai erosi.

Erosi di Indonesia sebagai negara beriklim tropis yang sering Saya sebut sebagai iklim 'basah', erosi sangat dipengaruhi oleh adanya air hujan. Air hujan yang turun ke bumi mengalir diatas tanah dan disitulah awal mula terjadinya erosi.

Sedikit berbeda memang dengan daerah beriklim kering seperti di Gurun Sahara, penyebab utama terjadinya erosi di daerah tersebut adalah angin yang berhembus sangat kencang, saking kencangnya dapat terjadi fenomena batu berjalan. 

Kalau di daerah yang sangat dingin seperti di Kanada, penyebab utama erosi bukan air hujan atau angin tetapi air dari gletser atau bisa juga salju yang mencair. 

Ada beberapa macam jenis erosi, namun secara umum di Indonesia dapat kita bagi menjadi erosi oleh air hujan itu sendiri dan erosi akibat dari ombak air laut atau bisa disebut sebagai abrasi. Kedua jenis erosi ini memiliki dampak masing-masing pada tata guna lahan dan kehidupan manusia. 

Pada Februari tahun 2021 silam, telah terjadi fenomena erosi akibat luapan Sungai Mungkung di Kabupaten Sragen. Fenomena ini menjadi salah satu bukti bahwa erosi menjadi salah satu bencana yang berbahaya di Indonesia pasalnya dalam fenomena sragen tersebut terdapat empat rumah rusak akibat dari erosi tanah yang terjadi.

Berbeda kasus degan erosi di Sungai Mungkung diatas, terjadi pula fenomena abrasi di Indragiri Hulu yang mengakibatkan dua puluh rumah rusak terhantam kerasnya abrasi. Bahkan kabar terbaru diberitakan di Kompas TV (2 Agustus 2022) bahwa terdapat sedikitnya lima belas rumah di Simpang Tiga, Indragiri roboh akibat adanya abrasi dan longsor di hulu sungai, akibat kejadian ini pula terdapat 113 orang dari 32 keluarga terpaksa kehilangan tempat tinggal secara tiba-tiba.

Dari beberapa peristiwa akibat erosi diatas saja sudah dapat Kita simpulkan bahwa sebenarnya erosi bukanlah hal sepele yang tidak perlu kita bahas dan dalami, karena sudah banyak kerugian yang Kita rasakan akibat erosi ini. Ditambah lagi kondisi geografis Indonesia yang sangat potensial akan terjadinya erosi dan abrasi. 

Potensi terjadinya erosi dan abrasi di Indonesia sangatlah besar, karena Indonesia setidaknya memiliki garis pantai yang sangat panjang bahkan mencapai angka 95.181 km. Disisi lain Indonesia juga memiliki 1.000 sungai besar yang menambah potensi erosi di sepanjang bantaran sungai tersebut. 

Curah hujan di Indonesia sendiri juga cukup tinggi karena berada di daerah yang dilewati garis katulistiwa. Dari beberapa faktor diatas saja sudah dapat kita bayangkan bagaimana sebenarnya potensi erosi di Indonesia ini.

Lalu dari peristiwa dan bayangan potensi erosi tersebut apa hal yang harus Kita siapkan untuk menghadapi tantangan itu semua? Tentunya ini menjadi tanggung jawab dari berbagai pihak, bukan hanya berpangku tangan kepada pemangku kebijakan untuk membuat aturan tertulis tentang perencanaan wilayah yang mempertimbangkan daerah yang rawan terjadi erosi. 

Sebagai contoh misal bagi mahasiswa seperti Saya, sudah sepatutnya sadar dan mempelajari bagaimana proses terjadinya erosi ini dan dampak-dampak yang mungkin terjadi, akan lebih baik lagi apabila kita dapat melakukan riset di bidangnya dengan dibimbing oleh dosen-dosen yang sudah mendalami bidang ini.

Begitupun bagi para warga sipil dapat juga berpartisipasi untuk mulai menggosipkan bahwa bukan hanya mulut tetangga saja yang dapat memberikan bahaya, namun erosi ini juga dapat menjadi bahaya yang nyata pula. 

Masalah erosi ini meski dampaknya tidak separah gempa bumi ataupun tsunami yang dapat menghancurkan satu daerah dengan cakupan yang sangat luas bukan berarti bisa diabaikan, karena potensi erosi juga dapat mengganggu kegiatan di masyarakat, terutama pada masyarakat tingkat ekonomi bawah. 

Tanah amblas akibat erosi di Sungai Mungkung (sumber: solopos.com/Moh Khodiq Duhri)
Tanah amblas akibat erosi di Sungai Mungkung (sumber: solopos.com/Moh Khodiq Duhri)

Salah satu hal yang dapat menjadi contoh adalah banyak masyarakat yang masih memilih tinggal di rumah yang berada di bantaran sungai tanpa mengerti dampak dari memiliki rumah di banbtaran sungai baik secara fisik maupun non-fisik. 

Tinggal di rumah yang berada di bantaran sungai tidak sepenuhnya salah, namun akan lebih baik bagi para penghuni rumah tersebut mengerti dampak dan konsekuensi ketika tinggal di rumah tersebut. 

Lalu bagaimana bila yang meninggali rumah tersebut adalah masyarakat kelas ekonomi bawah yang boro-boro bisa membeli rumah yang bagus dan layak. Nah, disinilah yang menjadi masalah dan perlu kita sadari bahwa masyarakat kelas ekonomi bawah ini sebenarnya salah satu penggerak roda ekonomi di dasar sistem ekonomi nasional. 

Maka negara sudah seharusnya ikut berpartisipasi untuk ikut mongotak-atik sistem penataan daerah setempat terutama tentang penataan daerah bantaran sungai.

Bukan hal yang mudah memang bila kita melihat fenomena ini secara luas, namun bukan berarti hal ini adalah hal mustahil. Dengan terus berupaya untuk memahami dan mendalami fenomena ini dengan baik maka seharusnya kita dapat melihat kemungkinan-kemungkinan yang kemudian dapat Kita pertimbangkan untuk dilakukan. 

Kalau memang erosi itu hal sepele dan tidak menarik untuk dibahas, berarti kita menantang diri kita untuk menghadapi sebuah bencana alam yang sangat merugikan. 

Kita akan lupa bagaimana cara kita menyelamatkan diri dari hal yang antimainstream semacam erosi ini. Atau secara sederhana kita bunuh diri dengan tidak mempedulikan fenomena erosi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun