Mohon tunggu...
Miftakhul Hafidz Sidiq
Miftakhul Hafidz Sidiq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ordinary Learner

Menulis untuk merefleksikan diri terhadap apa yang Saya pikirkan, komentari tulisan Saya agar terpercik api ide sehingga memberi dinamika ide yang menarik.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Optimalisasi Irigasi Era Revolusi Industri 4.0 untuk Ketahanan Pangan

7 September 2020   22:50 Diperbarui: 7 September 2020   23:08 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu tantangan besar Indonesia saat ini adalah isu krisis pangan. Menurut data survei oleh Badan Pusat Statistik pada 2019, luas daerah panen padi diperkirakan sebesar 10,68 juta hektar dan kemudian mengalami penurunan sebesar 0,71 juta hektar dari tahun 2018 menjadi 9,97 hektar. Belum lagi impor beras Indonesia yang mencapai rata-rata 1,1 juta ton untuk 5 tahun terakhir. 

Di sisi lain seiring kondisi perubahan iklim, cuaca dan ledakan populasi dunia, maka sangat mungkin produksi pangan terutama bahan pangan pokok dapat menurun. Melihat hal tersebut maka sebisa mungkin harus ditanggapi dengan baik dan mengupayakan agar produksi pangan ditingkatkan sehingga Indonesia tetap berada dalam kondisi ketahanan pangan yang stabil dan baik.

Bagi suatu negara ketahanan pangan merupakan salah satu kondisi yang menunjang kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu dalam upaya peningkatan ketahanan pangan, inovasi dalam bentuk infrastruktur sipil seperti irigasi dan drainase sangat berpengaruh. 

Ketercukupan pasokan air bagi dunia pertanian bisa menjadi kunci lahan pertanian dapat meningkat produksinya. Tidak berhenti di situ, manajemen air serta formulasi peran irigasi untuk produksi pangan berkelanjutan juga harus diperhatikan. Dalam perkembangannya Kementerian PUPR tercatat tengah membangun 65 bendungan pada 2019 dan masih berlanjut hingga saat ini.

Dalam kaitannya dengan sejarah pengembangan dan pengelolaan infrastruktur, irigasi dan drainase terbukti sangat dekat hubungannya dengan isu ketahanan pangan nasional. Berkaca dari pengalaman pahit yang terjadi pada masa kolonial belanda. 

Terjadinya kematian sekitar dua ratus ribu orang sebagai akibat dari musim kemarau yang berkepanjangan pada tahun 1848 di Kabupaten Demak Jawa Tengah sehingga menurunkan produktifitas pertanian dan krisis bahan pangan. Kemudian setelah kejadian tersebut pemerintah kolonial baru membangun irigasi berupa bendung Gelapan, Tuntang, dan bendung Sidoarjo pasca terjadi musibah kelaparan besar tersebut.(Vlughter, 1949).

Lain zaman lain cerita, akhir-akhir ini masalah perubahan cuaca dan iklim akibat eksploitasi yang intens oleh manusia menimbulkan kekhawatiran baru sebagai ancaman ketahanan pangan. 

Selain itu faktor lain yang mengancam ketahanan pangan adalah rusaknya sumber daya lahan akibat erosi dan abrasi seperti yang terjadi di sebagian besar pesisir utara Jawa. Lahan pertanian aktif yang dahulunya bisa memproduksi bahan pangan menjadi tidak dapat menghasilkan akibat terdampak air asin dari laut. 

Hal lain yang patut diwaspadai adalah peningkatan temperatur permukaan bumi yang juga diikuti dengan penurunan muka air tanah sehingga tanah bisa berubah menjadi tandus bahkan menjadi padang gurun seperti yang terjadi pada beberapa daratan Tiongkok. Serta masalah lingkungan lain yang semakin bervariasi dan bermacam-macam.

Kasus lainnya adalah masalah sosial dan ekonomi akibat dari proses industrialisasi dan urbanisasi yang menunjukkan tren positif. Sehingga menimbulkan gejala-gejala sosial baru bagi daerah berpenduduk padat berupa terjadinya peningkatan jumlah konsumsi bagi masyarakat ketika memiliki pendapatan yang meningkat dan penyusutan areal yang ditanami tanaman pangan akibat alih fungsi lahan menjadi lahan pemukiman. 

Dampak sosial dan ekonomi yang terbentuk menyebabkan tidak seimbangnya proses produksi dan konsumsi bahan pangan. Hal ini juga yang mulai terjadi di beberapa kota-kota besar di Indonesia. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya pembangunan infrastruktur irigasi yang berkelanjutan, infrastruktur irigasi yang sepenuhnya dapat mendukung multifungsi pertanian dan peternakan.

Kabar baiknya adalah perkembangan teknologi pada era revolusi industri 4.0 yang masif diterapkan di berbagai bidang juga diterapkan di sektor infrastruktur irigasi. Teknologi 4.0 yang mengusung penggunaan data berbasis internet memungkinkan penggunaan teknologi menjadi maksimal. Salah satu contohnya adalah penggunaan Artificial Intelegence (AI), Internet of Things (IoT) serta Cyber Physical System (CPS) pada sistem irigasi modern. Seperti pada pengembangan mekanisme sistem kontrol untuk menyalakan dan mematikan katup irigasi menggunakan mikrokontroler yang dapat terhubung dengan web server.

Diharapkan dengan hadirnya teknologi tersebut dapat memaksimalkan penggunaan lahan untuk memproduksi bahan pangan terutama makanan pokok. Sistem yang lebih efisien dan efektif harus dikembangkan untuk memenuhi tuntutan ketahanan pangan nasional. 

Pembangunan infrastruktur irigasi yang dimulai pada kawasan-kawasan yang sudah dirintis oleh petani lokal termasuk areal sawah tadah hujan menjadi agenda awal. Diteruskan dengan pengelolaan infrastruktur irigasi untuk menunjang irigasi sehingga dapat terlaksananya tujuan multifungsi pertanian dan peternakan sebagai pendukung ketahanan pangan nasional.

Dengan memanfaatkan teknologi untuk mengatasi masalah yang muncul akan memberikan stimulus positif dalam dunia pangan khususnya perkembangan teknologi infrastruktur irigasi. Ketersediaan air yang cukup akan menjamin produksi pangan yang stabil. Kunci dari tantangan ketahanan pangan saat ini adalah mengoptimalkan fungsi teknologi yang sudah dikembangkan sehingga teknologi irigasi dapat secara maksimal dimanfaatkan.

Di sisi lain menjaga keseimbangan ekologi dan lingkungan dalam proses perkembangan teknologi juga diperhatikan. Jangan malah akibat mengesampingkan keseimbangan ekologi dan aspek lingkungan menimbulkan kerugian yang tidak diperkirakan. Teknologi dan lingkungan, keduanya harusnya tidak saling diadu. Keduanya memiliki peran penting bagi kehidupan manusia. Keduanya justru harus saling bahu-membahu dan bersama-sama menjamin keberlangsungan hidup makhluk hidup termasuk manusia.

Dalam memenuhi tuntutan ketahanan pangan nasional maka peran infrastruktur Irigasi dan Drainase harus diperhatikan. Pengadaan Infrastruktur yang tepat dapat meningkatkan produksi pangan sehingga menunjang ketahanan pangan. 

Sisi lain dari pengadaan infrastruktur yang kurang tepat hanya akan menimbulkan kerugian material maupun lingkungan. Oleh karena itu dalam menentukan infrastruktur penunjang kegiatan pengadaan pangan baik itu melalui pertanian ataupun peternakan harus diperhitungkan dengan matang, sehingga dapat menghasilkan keuntungan maksimal dan meminimalkan kerugian atau bila mungkin tidak ada kerugian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun