Mohon tunggu...
Muhammad Hafari
Muhammad Hafari Mohon Tunggu... -

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Pengungkit

26 Oktober 2014   19:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:40 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekuatan kita itu terbatas. Kemampuan tangan kita untuk mengangkat beban ya segitu aja. Kemampuan kaki kita untuk melangkah ya sejauh itu aja. Bahkan ketika kita berkumpul dan "bersinergi" sekalipun, kekuatan yang dihasilkan tetap ada batasnya.

Lalu, bagaimana jika memang kita butuh kekuatan yang lebih besar dari kekuatan sendiri?

Disinilah kita memerlukan yang disebut dengan pengungkit. Lihatlah ketika ban mobil kita bocor. Ketika kita harus mengganti dengan ban serep, kita harus mengangkat sebagian sisi mobil kita. Kuatkah? Pada akhirnya kita kuat karena kita punya pengungkitnya berupa alat yang disebut "dongkrak".

Ya, kita butuh pengungkit dalam kehidupan kita. Masalah kita begitu pelik. Hutang yang tak kunjung terbayar, anak yang tidak juga terurus dengan baik, atau perusahaan yang menuju kebangkrutan. Apalagi kita bicara kota atau negara, kemacetan Jakarta yang tampak nggak ada solusinya, korupsi yang nggak ada habisnya, berbagai penyakit sosial yang semakin hari semakin pelik, termasuk juga masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial.

Kita butuh pengungkit. Butuh banget. Pengungkit yang mendatangkan solusi efektif, yang seringkali datang dari arah yang nggak pernah kita duga sebelumnya. Pengungkit yang melahirkan ide-ide penuh terobosan, dan sebagainya, dan seterusnya.

Namun, sayang ... Pengungkit itu seringkali ada di depan mata kita, tetapi kita nggak menggunakannya.

Sebagai misal, Wisuda Akbar Tahfidz yang diadakan Ustadz Yusuf Mansur dan gerakannya PPPA. Acara tadi malam (25 Oktober) di GBK itu adalah pengungkit jika kita menyadarinya. Bayangkan saja, entah seperti apa jutaan berkah yang tercurah dari acara yang menjadi ajang berkumpulnya ribuan penghafal Quran tersebut. Acara itu bahkan dihadiri oleh Imam Masjidil Haram serta belasan ulama Quran kaliber dunia lainnya.

Dalam berbagai kesempatan di media sosial, Ustadz Yusuf Mansur dan jajarannya berulang kali menyatakan, "Ayo berkumpul, yang punya hafalan maupun yang tidak punya hafalan", demi mendapat berkah. Ya, berkah adalah pengungkit terbesar dalam kehidupan ini.

Namun, sayang ... Tidak nampak para pemimpin kita yang tertarik untuk menghadirinya. Padahal, nggak kebayang, ribuan beban permasalahan yang dihadapi oleh para pemimpin kita. Bukankah mereka butuh banget pengungkit?

Akhir kata, tulisan ini bukan untuk menghakimi siapapun. Tulisan ini adalah sebagai refleksi untuk kita semua dan juga cermin untuk diri penulis sendiri. Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun