Mohon tunggu...
Haendy B
Haendy B Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger, Football Anthutsias

mengamati dan menulis walau bukan seorang yang "ahli" | Footballism

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Agar Tak Terulang Kegagalan Toleransi Beragama di Indonesia

6 September 2016   15:23 Diperbarui: 6 September 2016   15:49 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

kerukunan umat beragama

Hubungan sesama umat beragama di Indonesia pernah menjadi panutan dunia. Dengan cakupan agama yang ada dan dilandasi dengan toleransi,saling pengertian, saling menghormati dan saling menghargai menjadikan kehidupan bermasyarakat di Indonesia harmonis. Kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara pun sungguh luar biasa. Ketika umat Islam menghadapi hari raya maka umat Nasrani memberikan dukungan pun sebaliknya ketika umat Nasrani merayakan hari raya maka umat Islam memberikan pengamanan. Pemerintah harus melakukan upaya bersama dalam memelihara kerukunan umat beragama, di bidang pelayanan, pengaturan dan pemberdayaan agar tercipta kerukunan umat beragama.

Dibalik toleransi yang terus dijaga di beberapa daerah mulai timbul gesekan antar umat beragama. Hal yang sepele namun berhasil membesar serta menghancurkan toleransi dan nilai keluhuran, namun bukan hanya itu gesekan antar umat beragama mampu menghadirkan kerusuhan sosial dan psikososial serta hal mengerikan lainnya yang bahka dapat mengancam keselamatan jiwa.

Perdamaian Kota Ambon

Kota Ambon menjadi realita bagaimana kerukunan umat beragama porak poranda. Ambon seketika menjadi rusuh dan lumpuh. Banyak ibu dan anak yang terpisah, huru hara benar-benar memisahkan toleransi yang terjalin selama ini. Konflik antara umat muslim dan nasrani juga mengusir pribumi cinta damai dari tanah leluhurnya.

Pasca konflik berlangsung, kota Ambon berbenah. Alhasil, kini kota Ambon berangsur-angsur sudah mulai kondusif dan aman. Setelah bertahun-tahun didera konflik, Ambon kembali berdenyut. Masyarakat setempat maupun pendatang kembali beraktivitas seperti sedia kala. Aktivitas sosial maupun ekonomi di sejumlah titik yang sebelumnya dikenal rawan terus menampakkan gairahnya.

Salah satunya di sepanjang Jalan Pantai Mardika yang kini tumbuh puluhan pedagang kaki lima. Aktivitas perdagangan kaki lima di kawasan yang dikenal sebagai daerah bakubae atau persaudaraan, yakni pertemuan perdagangan komunitas Kristen dan Muslim makin ramai dengan saling interaksi. Makin hari, kawasan bakubae ini terus tercipta perdamaian. Itulah, gambaran geliat bangkitnya ekonomi rakyat di Kota Ambon pasca konflik kemanusiaan. Setiap orang kini leluasa bepergian kapan saja, siang maupun malam hari.

Semua ini merupakan kerja keras dan partisipasi aktif berbagai pihak. Keseriusan pemerintah setempat terlihat dari kinerja pasca konflik yang memprioritaskan pada program menyelesaikan masalah hati, dengan melakukan rekonsiliasi sosial dengan instrumen budaya. Hal ini dimaksudkan untuk menyambung kembali tali silaturrahmi sesama orang Ambon yang tercerai berai akibat konflik.

Arti kerukunan

Kerukunan berasal dari bahasa Arab yaitu ruku' yang artinya tiang atau tiang-tiang yang menopang rumah; penopang yang memberi kedamain dan kesejahteraan kepada penghuninya. Atau secara luas bermakna adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antar semua orang walaupun mereka berbeda secara suku, agama, ras, dan golongan. Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidakrukunan serta kemampuan dan kemauan untuk hidup berdampingan dan bersama dengan damai serta tenteram. Langkah-langkah untuk mencapai kerukunan seperti itu, memerlukan proses waktu.

Sedangkan Pemeliharaan kerukunan umat beragama baik di tingkat Daerah, Provinsi, maupun Negara pusat merupakan kewajiban seluruh warga Negara beserta instansi pemerintah lainnya. Lingkup ketentraman dan ketertiban termasuk memfalisitasi terwujudnya kerukunan umat beragama, mengkoordinasi kegiatan instnsi vertical, menumbuh kembangkan keharmonisan saling pengertian, saling menghormati, saling percaya diantara umat beragama, bahkan menerbitkan rumah ibadah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun