Mohon tunggu...
Haekal Fikri Ramadhan
Haekal Fikri Ramadhan Mohon Tunggu... Penulis - Hidup adalah pilihan...

Mahasiswa Tingkat 2, Fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bukan Cinta yang Membawa Jodoh, tapi Sebaliknya

30 Oktober 2019   16:38 Diperbarui: 31 Oktober 2019   02:29 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan cinta yang membawa jodoh, tapi jodoh yang membawa cinta

"Aku tak mau melepaskannya
Aku sangat mencintainya." Ucapnya sambil melempari batu kerikil ke pantai.
"Sudah lah jangan kau pertahan kan lagi hubunganmu dengan nya." Bujuk rangga namun sia-sia.

Mendadak sunyi, tak ada suara kecuali suara ombak pantai terdengar menenangkan. Sore menjelang malam, cahaya mentari yang berwarna ke emasan mulai menyulap kota alexandria kala itu.
Burung-burung terbang riang saling menyapa mengajak pulang, ikan-ikan laut mulai memasuki rumahnya, desiran angin pantai mulai menusuk ke tulang.

"Ayo bar kita pulang." Rangga mulai mengajak akbar pulang.

"Aku tak mau, aku masih ingin tetap disini sampai senja berubah jadi malam." Jawabnya dengan wajah sedikit mendung.
Kala itu perasaan akbar begitu hancur seperti sambaran petir disiang bolong setelah mendengar kabar bahwa gadis yang ia cintai dilamar orang lain.

*Angkutan umum*

Gadis itu bernama zahra, akbar bertemu gadis itu tak sengaja. Kala itu zahra sedang menaiki bis dan akbar duduk tepat disebelahnya. Kenek angkot datang namun wajah zahra mendadak tegang
Seperti orang kehilangan sesuatu, tangannya mulai meraba- raba tas dan saku nya ternyata benar dompetnya hilang. Ia kebingungan sekaligus panik, pasalnya ia tak punya uang lagi untuk membayar bis.
"Ahh aku harus gimna ini". Ucap nya seperti orang kebingungan.
"Ada apa ukhty?."Tanya akbar dengan sepontan.
Zahra mulai menjelaskan kepada akbar dan akhirnya akbar membantu zahra dengan membayar uang ongkos nya. Dari sini lah perkenalan mereka. Awalnya akbar ragu untuk memperkenalkan diri, namun akhirnya iya berani. Mereka sedikit ngobrol kecil, mungkin ini lah sekilas cerita awal perjumpaan nya.
Beberapa hari setelah pertemuan, kerap kali wajah gadis itu hinggap dibenak akbar.
Wajahnya yang indah dengan hidung sedikit melengkung, mata nya yang indah mampu menyihir pemuda yang ada disekelilingnya, dalam bulatan kain sutra berwarna merah ati, Ia nampak bercahaya.
Kurang lebihnya itu lah pujian akbar untuk zahra.

"Walaupun engkau jauh dariku tetapi hatimu dekat denganku. "Ucapnya sambil senyum sendiri."

Asmara yang menyelimuti pikiran nya mulai tak terbendung lagi, ingin rasanya ia mengatakan kepada gadis itu, namun ia tak tahu rumahnya dan ia pun tidak minta nomor nya kala itu. Waktu itu iya sempat terpikirkan untuk meminta nomor gadis itu tapi sayang gadis itu turun lebih dulu.
Cinta membuat akbar selalu mengagungkan gadis itu.
Maulana Jalaludin Rumi pernah berkata :

"Sebagus apapun engaku mendifinisikan cinta, kamu akan malu ketika cinta itu menghampirimu."

Cinta membuat nya seperti orang gila, selalu tersenyum sendiri, hampir setiap hari ia memikirkannya. Sebenar nya wajar jika ia seperti itu. jauh sebelum akbar, ada Qais yang begitu mencintai laila, hingga akhir nya ia meninggal dengan membawa cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun