Mohon tunggu...
Hadi Tanuji
Hadi Tanuji Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan, Analis Data, Konsultan Statistik, Pemerhati Hal Remeh Temeh

Aktivitas sehari-hari saya sebagai dosen statisika, dengan bermain tenis meja sebagai hobi. Olah raga ini membuat saya lebih sabar dalam menghadapi smash, baik dari lawan maupun dari kehidupan. Di sela-sela kesibukan, saya menjadi pemerhati masalah sosial, mencoba melihat ada apa di balik fenomena kehidupan, suka berbagi meski hanya ide ataupun hanya sekedar menjadi pendengar. Sebagai laki-laki sederhana moto hidup pun sederhana, bisa memberi manfaat kepada sesama.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gombal Mukiyo

14 Februari 2025   08:17 Diperbarui: 21 Februari 2025   08:34 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cowok: "Malaikat hidupku ..."

Mbaknya ketawa seneng, gak berenti-berenti.

Cowok: "Lho kowe ora takon jenengku?" (Lho kamu nggak tanya namaku?)

Cewek: "Jeneng sampeyan sopo mas?" (Nama kamu siapa mas?)

Cowok: "Bapak... "

Cewek: "Bapak?"

Cowok: "Bapak dari anak-anak kita nanti..."

Waduuhhhh ...

Penggalan obrolan di atas mengingatkanku kembali pada istilah Gombal Mukiyo. Meskipun gak disebut dalam percakapan, tapi gombal mukiyo tergambar jelas dalam obrolan di atas.

Entah siapa yang pertama kali mengenalkan istilah gombal mukiyo. Saya sudah mendengarnya dari kecil. Istilah ini mungkin tak sepopuler dulu, tapi bagi sebagian orang, terutama yang tumbuh di lingkungan Jawa, kata ini adalah bagian dari percakapan sehari-hari yang akrab dan penuh nostalgia. Saya sendiri pertama kali mendengar istilah ini di rumah, dari ibu saya yang sering menggunakannya untuk menanggapi candaan bapak.

Misalnya, saat bapak berkata, "Kamu kok cantik hari ini," ibu akan tertawa kecil lalu menjawab, "Gombal mukiyo!" Kalimat sederhana itu tidak diucapkan dengan marah atau tersinggung, tapi justru sebagai respons bercanda yang menambah kehangatan suasana. Dari kecil, saya memahami "gombal mukiyo" sebagai ekspresi yang lebih ringan dari "halah gombal"---ungkapan untuk menggambarkan gombalan yang begitu berlebihan hingga sulit dipercaya. Jika "gombal" itu berarti omong kosong atau rayuan yang kurang bisa dipercaya, maka "gombal mukiyo" adalah level tertinggi dari semua gombalan yang ada! Widiihhh.

Makna di Balik "Gombal Mukiyo"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun