Mohon tunggu...
Hadi Samsul
Hadi Samsul Mohon Tunggu... PNS -

HS try to be Humble and Smart

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Runtuhnya Tembok Bulutangkis Putri Tiongkok

21 Agustus 2016   19:14 Diperbarui: 22 Agustus 2016   08:42 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zhao Yunlei/Tian Qing (source: news.xinhuanet.com

Perhelatan cabang olahraga badminton Olimpiade Rio 2016 telah usai, saya ucapkan selamat kepada atlit bulutangkis Indonesia yang berhasil mempersembahkan dan mengembalikan tradisi emas olimpiade, Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir. Owi/Butet berhasil mengibarkan sang merah putih di Rio de Janeiro 17 Agustus tengah malam waktu Indonesia Barat setelah mengalahkan pasangan Malaysia Chan Peng Soon/Goh Liu Ying melalui pertarungan cepat dengan skor 21-14 dan 21-12. Jujur, saya sangat tegang sekali ketika menonton Owi/Butet saat itu. Namun ketegangan tersebut mereda manakala drive Goh Liu ying membentur net.

Kemenangan Owi/Butet ini, menurut saya, menjadi satu pertanda baik bagi perbulutangkisan dunia. Artinya kekuatan bulutangkis dunia saat ini sudah merata. Jika di Olimpiade London tahun 2012 Tiongkok menyapu bersih seluruh medali emas, maka Rio 2016 menjadi mimpi buruk bagi Tim Tirai Bambu ini. Tim Badminton Tiongkok rontok sebelum mencapai babak puncak. Terutama di sektor ganda putri yang selama ini selalu dikuasai oleh Tiongkok sejak Olimpiade Atlanta 1996.

Selama ini Tiongkok dikenal sebagai Negara yang memiliki kekuatan merata di berbagai cabang olahraga. Tidak terkecuali pada cabang olah raga tepok bulu alias bulutangkis. Dari era 80 hingga 90-an, Negeri Tirai Bambu telah memiliki segudang atlit berprestasi baik di sektor putra maupun sektor putri. Sebut saja Zhao Zhianhua dan Wu Wenkai di sektor tunggal putra. Tan Jiuhong, Huang Hua, Ye Zhaoying untuk sektor tunggal putri. Juga Han Aiping, Li Lingwei serta Gu Jun dan Ge Fei untuk sektor ganda putri.

Sejak dipertandingkannya Badminton sebagai salah satu olah raga resmi di perhelatan Olimpiade pada tahun 1992, tim bulutangkis Negeri Tirai Bambu tidak pernah absen dari perolehan medali. Terutama di sektor ganda putri. Tahun 1992, Tiongkok hanya mendapat 1 keping medali perak, dan 3 keping perunggu. Kalah jauh dari Indonesia yang saat itu berjaya merebut 2 medali emas, 2 perak dan 1 perunggu yang masing-masing disumbangkan Susy Susanti dan Alan Budi Kusuma (emas), Edi Hartono/Gunawan, dan Ardi B.Wiranata (perak), serta Hermawan Susanto (Perunggu). Sedangkan medali Tiongkok disumbangkan Huang Hua dan Tan Juhong (perunggu tunggal putri), Li yongbo/Tian Bingyi (Perunggu ganda putra), dan di sektor ganda putri Tiongkok menyumbangkan satu medali perak melalui pasangan Guan Weizhen dan Nong Qunhua.

Dimulai sejak tahun 1996, sektor ganda putri Tiongkok menjadi satu-satunya sektor yang tidak pernah terputus menyumbangkan medali emas olimpiade bagi negaranya. Tradisi emas ganda putri Tiongkok dimulai oleh pasangan Ge Fei/Gu Jun pada olimpiade Atlanta tahun 1996. Di Final, pasangan Ge Fei/Gu Jun mengandaskan pasangan asal Korea Selatan Gil Young Ah/Jang-Hye Ock dengan skor yang cukup telak 15-5 dan 15-5.

Dominasi sektor ganda putri tim Tiongkok kembali berkibar di Olimpiade Sydney tahun 2000. Tidak tanggung-tanggung, Tiongkok menyabet seluruh medali di sektor ganda putri. Emas kembali diraih pasangan Ge Fei/Gu Jun, sedangkan medali perak diraih oleh Huang Nanyan/Yang Wei, dan medali perunggu diraih oleh Gao Ling/Qin Yiyuan. Pada tahun 2000 pula, negeri Tiongkok ini menyabet 4 dari 5 medali emas bulutangkis Olimpiade. Satu-satunya yang terlepas saat itu adalah sektor ganda putra yang direbut oleh pasangan Indonesia Chandra Wijaya dan Toni Gunawan. Dibawah tangan dingin pelatih Li Yongbo, Tiongkok menjadi negara yang memiliki kekuatan merata di seluruh sektor bulutangkis dunia. Selain di ganda putri, Tiongkok menyabet emas melalui Ji Xinpeng (Tunggal Putra), Gong Zhichao (Tunggal Putri), dan Zhang Jun/Gao Ling (Ganda Campuran).

Pada Olimpiade 2004 negeri tirai bambu ini menyabet 3 dari 5 medali emas. Lagi-lagi sektor ganda putri  dan tunggal putri dikuasai oleh Tiongkok. Adalah pasangan Zhang Jiewen/Yang Wei yang kali ini menyumbangkan medali emas. Di babak final pasangan ini mengalahkan sesama pemain Tiongkok yakni Gao Ling dan Huang Sui. Sedangkan medali lainnya direbut Zhang Ning di tunggal putri. Saat itu Zhang Ning mengalahkan Mia Audina yang menjadi wakil Belanda. Zhang Jun/Gao Ling di ganda campuran menyumbang 1 emas lainnya. Sedangkan Indonesia, di Athena 2004, berhasil mencuri 1 medali emas melalui tangan Taufik Hidayat, dan 1 medali perunggu lewat Sony Dwi Kuncoro.

Di Beijing, Tiongkok kembali mendominasi bulutangkis olimpiade. 3 dari 5 emas berhasil dibawa pulang. Lagi-lagi ganda putri dan tunggal putri Tiongkok kembali berjaya di Olimpiade Beijing 2008. Adalah pasangan Du Jing/Yu Yang meneruskan estafet medali emas sektor ganda putri.  Pasangan Du/Yu begitu perkasa menaklukan pasangan asal Korea Selatan Lee Hyo Jung/Lee Kyung Won di babak final. Sedangkan dua emas lainnya direbut Lin Dan serta Zhangning, masing-masing di sektor Tunggal Putra dan Tunggal Putri. Bahkan di Tunggal Putri, Tiongkok meloloskan 3 wakilnya di semifinal, hanya saja Lu Lan saat itu gagal menyapu bersih medali perunggu karena dikalahkan wakil Indonesia, Maria Kristin Yulianti.

Tidak ada yang mampu menandingi sektor ganda putri dan Tunggal Putri Tiongkok hingga Olimpiade London tahun 2012. Termasuk Indonesia yang pernah berjaya di Olimpiade 1992 Barcelona. Tiongkok kembali mendominasi raihan medali emas di sektor ini. Meski sempat tercoreng dengan dicoretnya pasangan Wang Xiaoli/Yu Yang dari perhelatan Olimpiade karena insiden pengaturan skor, namun Tiongkok malah berhasil menyapu bersih seluruh medali emas Olimpiade London. Bahkan Zhao Yunlei berhasil merebut dua emas dari sektor ganda putri berpasangan dengan Tian Qing, serta dari sektor ganda campuran berpasangan dengan Zhang Nan. Dua emas lainnya direbut Lin Dan dan Cai Yun/Fu Haifeng dari ganda putra.

Sejak tahun 1996 sektor ganda putri Tiongkok  menjadi satu-satunya sektor yang tidak pernah direbut oleh negara lain. Sedangkan sektor tunggal putri, sejak tahun 2000 Tiongkok begitu perkasa mendominasi emas olimpiade. Namun hegemoni sektor putri  Tiongkok ini terhenti di Olimpiade Rio 2016. Tiongkok yang menurunkan pasangan kembar Luo Ying/Luo Yu serta pasangan Yu Yang/Tang Yuanting di ganda putri, serta Li Xuerui dan Wang Yihan di tunggal putri, gagal meneruskan tradisi medali emas sektor ganda putri. Setelah selama hampir 20 tahun sektor ganda putri Tiongkok merajai perhelatan bulutangkis dunia, di Olimpiade Rio 2016 ini tembok bulutangkis putri yang dibangun oleh Li Yongbo tersebut runtuh.

Tengok saja di sektor ganda putri. Pada perebutan medali perunggu yang berlangsung hari Kamis, 18 Agustus 2016 siang waktu setempat, pasangan ganda putri Tiongkok yang tersisa, Tang Yuanting/Yu Yang, gagal membawa medali tersebut. Pasangan Tang/Yu kalah dari pasangan muda Korea Selatan, Jung Kyung Eun/Shin Seung Chan. Tang/Yu kalah straight game 8-21, 17-21. Sedangkan di nomor Mix Double, 2 wakil Tiongkok gagal menjejak final dan harus puas dengan 1 medali perunggu melalui raihan Zhang Nan/Zhao Yunlei. Medali di sektor ini menjadi milik Indonesia yang dipersembahkan oleh Tontowi/Liliyana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun